A.
Pendahuluan
Perhatian terhadap Islam sebagai objek kajian sebenarnya sudah
muncul di Eropa, sejak mereka menguasai bagian-bagian terpenting dari wilayah
kerajaan Romawi Timur (Byzantium). Kekuasaan Muslim Arab di negeri Spanyol,
yang berlangsung hampir tujuh setengah abad (756-1492 M), membuat bangsa Eropa
membutuhkan informasi tentang Islam.[1]
Pada tahun 1142, misalnya, Peter de Venerable mengunjungi Spanyol untuk
memperoleh bahan pengkajian tentang Islam.
Menyinggung permasalahan tersebut maka kita akan mengenal paham
yang dinamakan “orientalisme”, dimana pada saat itu juga kita akan
mengupas hubungan antara Barat dan Timur. Membahas mengenai hubungan antara
Barat dan Timur, maka tidak akan ada habisnya. Ada banyak hubungan antara kedua
imperium tersebut. Hal yang sangat sering dibahas adalah tentang orientalisme,
dimana orientalisme merupakan suatu paham orang-orang Barat untuk mengkaji
orang-orang Timur dilihat dari berbagai aspeknya.
Untuk dapat memahami secara lebih lanjut mengenai orientalisme,
maka dalam makalah ini akan dibahas beberapa hal tentang pengertian, sejarah
serta tujuan orientalisme itu sendiri.
B.
Pengertian Orientalisme
Orientalisme adalah
suatu ilmu ketimuran atau ilmu tentang dunia Timur. Adapun kata orientalis dalam
pengertian umum berarti semua ahli Barat yang mempelajari dunia Timur (Jauh,
Tengah atau Dekat) tentang bahasanya, sastranya, peradabannya maupun agamanya.
Secara khusus, pengertian orientalisme yaitu penelitian
bangsa Barat yang berkaitan dengan dunia Timur yang Islam dalam bahasanya,
sastranya, sejarahnya, i’tikad-i’tikadnya, syariat-syariatnya serta
peradabannya secara umum.[2]
Ada beberapa pengertian orientalisme menurut beberapa ahli,
diantaranya adalah sebagai berikut:
1.
H. M. Joesoef Sou’yb
Orientalisme berasal
dari kata orient Bahasa Perancis, yang secara harfiah berarti timur dan
secara geografis berarti dunia belahan Timur, dan secara etnologis berarti
bangsa-bangsa di Timur. Suku kata isme (Belanda) atau ism
(Inggris) menunjukkan pengertian tentang suatu paham. Jadi, orientalisme
berarti suatu paham atau aliran yang berkeinginan menyelidiki hal-hal yang
berkaitan dengan bangsa-bangsa di Timur beserta lingkungannya.
2.
Abdul Mun’in Moh. Hasanain
Orientalisme dalam
bahasa Arab adalah Al-istisyraq, mashdar dari fi’il istasyraqa
yang artinya mengarah ke Timur dan memakai pakaian masyarakatnya.
3.
Abdul Haq Adnan Adifar
Orientalisme adalah
suatu pengertian yang lengkap dimana dikumpulkan pengetahuan yang berasal dari
sumbernya yang asli yang berkenaan dengan bahasa, agama, kebudayaan, sejarah,
ilmu bumi, etnografi, kesusasteraan, dan kesenian yang berada di Timur.
4.
Ali Husni Al-Kharbouly
Kata orientalisme
diambil dari akar kata syarq (Timur) yang artinya tempat terbitnya
matahari, jadi kata orientalisme adalah ilmu tentang Timur atau ilmu
pengetahuan tentang dunia Timur.
Dalam pengertian
sempit orientalisme adalah kegiatan penyelidikan dari para pakar di Barat
mengenai agama-agama di Timur, khususnya tentang agama Islam. Sedangkan secara
luas, pengertian orientalisme adalah hal-hal yang menyangkut bangsa-bangsa di
dunia Timur beserta lingkungannya, sehingga meliputi seluruh bidang kehidupan
dan sejarah bangsa-bangsa di dunia Timur.
Orang-orang yang
mempelajari atau mendalami ilmu-ilmu ketimuran disebut orientalis atau ahli
ketimuran.[3]
Menurut A. Hanafi orientalis adalah segolongan sarjana Barat yang mendalami
bahasa dunia Timur dan kesusasteraannya dan mereka yang menaruh perhatian besar
terhadap agama-agama dunia Timur, sejarahnya, adat-istiadatnya, dan
ilmu-ilmunya.
Sedangkan menurut
Prof. Tk. H. Ismail Jakub, SH, M.A. orientalis yaitu ahli tentang soal-soal
Timur yaitu segala sesuatu mengenai negeri-negeri Timur terutama negeri-negeri
Arab dan Islam. Adapun yang menjadi bidangnya adalah kebudayaannya,
keagamaanya, peradabaanya, kehidupannya, dan lain-lainnya dari bangsa dan
negeri Timur.
Dari berbagai
pengertian orientalisme menurut para ahli, pemakalah dapat menyimpulkan bahwa
orientalisme merupakan suatu paham atau aliran yang dilakukan oleh orang Barat
untuk menyelidiki hal-hal yang berkaitan dengan bangsa-bangsa di Timur
khususnya Arab dan Islam mengenai sejarah, kebudayaan, ilmu-ilmu, agama,
peradaban, kehidupan dan lain-lainnya.
C.
Sejarah Orientalisme
Awal mula lahirnya orientalisme tidak dapat ditentukan secara
pasti. Namun, sebagian ahli sejarah mengisyaratkan sejarah bahwa orang Barat
Kristen meriwayatkan permulaan timbulnya orientalisme secara resmi itu setelah
keluarnya keputusan dari Konferensi Gereja Wina tahun 1312 M tentang
pembentukan departemen-departemen bahasa Arab di beberapa Universitas di Eropa.
Pada umumnya sejarawan Eropa tidak menganggap bahwa tahun tersebut
sebagai awal permulaan timbulnya paham orientalisme. Oleh karena itu, yang
dituju adalah penentuan berdasarkan fase sejarah tertentu sebagai awal mula dari
timbulnya aliran atau paham tersebut.
Para cendekiawan Kristen mulai menaruh perhatian yang besar dan
mempelajari Islam. Sebagai contohnya adalah Yohana Damshiqi (676-749 M).
Sebagian peneliti berpendapat bahwa, orientalisme dimulai pada abad ke-12 M. Rudi
Paret berpendapat bahwa Eropa mulai mempelajari Islam dan bahasa Arab mulai
abad ke-12 M. Pada waktu itu Alquran telah diterjemahkan secara sempurna ke
dalam bahasa latin. Pada waktu itu juga telah terbit untuk pertama kali kamus
bahasa Latin-Arab.[4]
Ada pula yang beranggapan bahwa awal mula lahirnya orientalisme
adalah sejak dua abad sebelum itu, tepatnya pada abad ke-10 M. Barangkali
inilah yang menjadi alasan Najib al-‘Aqiqi untuk mengemukakan bahwa
orientalisme dimulai lebih dari seribu tahun yang lalu, yang dirintis oleh
seorang pendeta Peranciz Girber De Ourliak (940-1004 M) yang sedang menuju ke
Spanyol. Ia menimba ilmu dari guru-gurunya di Esabella dan Cordoba sehingga ia
menjadi seorang alim terkemuka pada zamannya di Eropa. Ia mendalami peradaban
Arab, ilmu pasti dan ilmu falak.
Walaupun hakekat orientalisme telah muncul sejak seribu tahun yang
lalu tetapi pengertian orientalis baru dikenal di Eropa sekitar akhir abad
ke-18 M atau tepatnya pada tahun 1779 M di Inggris. Setelah itu disusul kemudian
pada tahun 1799 M di Prancis, dan selanjutnya orientalisme masuk dalam kamus
akademik Perancis pada tahun 1838 M.
Latar belakang munculnya orientalisme secara dini adalah
dilatarbelakangi oleh perbenturan Islam dan Kristen di Andalusia dan Sisilia, sedangkan
Perang Salib adalah merupakan motivasi terkuat bagi bangsa Eropa Kristen untuk
mempelajari Islam dan adat-istiadatnya.
D.
Tujuan Orientalisme
Motivasi agama merupakan pretensi para orientalis untuk
menghancurkan Islam dan umat Islam serta menggerogoti ajarannya. Mereka
berusaha mengacaubalaukan perhatiian kaum muslimin serta terus berusaha
menumpahkan keraguan terhadap akidah, sehingga meninggalkan Islam, kebudayaan
Islam, serta segala sesuatu yang berhubungan dengan Islam dalam bidang ilmu
pengetahuan, kesusasteraan yang telah mapan dalam jiwa kaum muslimin terutama
para intelektual muslim.
Selain motivasi agama, ada beberapa tujuan-tujuan orientalisme yang
berdekatan dengan tujuan agama. Tujuan-tujuan tersebut antara lain:[5]
1.
Tujuan-tujuan ilmiah
Tujuan tersebut
sangat menonjol pada masa keemasan Eropa. Di antara mereka banyak yang membaca
buku-buku keagamaan dan mendalaminya. Kemudian mereka berpendapat bahwa risalah
Islam itu sebenarnya sama dengan risalah-risalah langit lainnya, bahkan ia merupakan
penguat dari apa yang pernah disebutkan dalam kitab-kitabnya tentang iman
kepada Allah, Rasul-Nya, serta kitab-Nya.
2.
Tujuan-tujuan perdagangan
Tujuan perdagangan mulai
nampak pada masa sebelum penjajahan Barat di dunia Islam pada abad ke-19 dan
20. Pada waktu itu bangsa Barat sangat berambisi untuk meluaskan perdagangan
mereka dan sampai ke dunia Timur untuk mendapatkan bahan baku. Selain itu
mereka memandang sangat perlu mengunjungi belahan bumi bagian Timur
(negeri-negeri Islam) untuk mengenal lebih dekat baik dari segi geografis,
alam, pertanian dan manusianya.
3.
Tujuan-tujuan politik
Tujuan politik
melatarbelakangi gerakan orientalisme, hal ini terlihat jelas ketika terjadi
penjajahan Barat yang semakin kokoh pada abad ke-19 dan 20. Negara-negara penjajah
diharuskan untuk mempelajari bahasa, tradisi dan agama di negara jajahan dengan
tujuan agar mereka tahu bagaimana cara mempengaruhi mereka untuk mendukung
penjajahan.
4.
Motivasi imperial[6]
Walaupun setelah berakhirnya Perang Salib dan Barat telah mengalami
kekalahan, orang-orang Barat tetap berusaha keras untuk menguasai negara-negara
Islam. Mereka tekun mempelajari Islam dan umatnya baik di bidang akidah,
tradisi, akhlak serta kekayaannya. Studi ini dimaksudkan untuk mengetahui
titik-titik kekuatan untuk kemudian dilemahkan, serta titik-titik kelemahannya
untuk dihancurkan.
Dalam konteks ini ada beberapa tujuan untuk mempelajari
kajian-kajian orientalisme yaitu sebagai berikut:
1. Menelaah seluruh
pandangan dan kajian peran pemikir non-muslim atau para orientalis tentang
Islam, Alquran, kerasulan, sunnah, dan umat Islam.
2. Menyanggah dan
meluruskan tuduhan-tuduhan para orientalis terhadap Islam dan umat Islam dengan
mengungkap, menganalisis, dan meluruskan tuduhan-tuduhan yang mereka lontarkan
dari balik jubah misi keagamaan.
3. Menumbuhkan kesadaran
terhadap kesalahan para orientalis, karena ketidaktahuan, salah paham, atau
karena sempitnya wawasan keislaman yang mereka miliki.
4. Mengambil manfaat dari
hasil kajian para orientalis.
E. Kesimpulan
Dari paparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa orientalisme
adalah suatu paham atau aliran orang Barat dalam mengkaji segala hal
yang berkaitan dengan ketimuran, baik dari segi agama, budaya, peradaban,
pemikiran dan lainnya. Orang yang menganut paham tersebut dinamakan orientalis.
Tidak diketahui pasti kapan orientalisme muncul. Namun, beberapa
sejarawan Eropa meriwayatkan permulaan timbulnya orientalisme secara resmi itu
setelah keluarnya keputusan dari Konferensi Gereja Wina tahun 1312 M tentang
pembentukan departemen-departemen bahasa Arab di beberapa Universitas di Eropa.
Sedangkan tujuan-tujuan orientalisme itu sendiri adalah misi
keagamaan yang bertujuan untuk mneghancurkan Islam dan umatnya agar berpaling
dari ajaran akidah, jika dilihat dari tujuan politiknya, mereka berusaha
mempengaruhi umat Islam untuk mendukung penjajahan, dan dilihat dari tujuan
perdagangan mereka merasa perlu untuk mempelajari belahan bumi bagian Timur
untuk mengetahui kelemahan-kelemahan sehingga orang-orang Barat dapat menguasai
perdagangan.
Daftar Pustaka
Buchari, Mannan. Menyingkap Tabir Orientalisme. Jakarta:
AMZAH, 2006.
DH, Zuhdi Achmad. Pandangan Orientalis Barat tentang Islam:
Antara yang Menghujat dan yang Memuji. Surabaya: PT. Karya Pembina Swajaya,
2004.
Hamim, Thoha. Menguji Autentisitas Akademik Orientalis dalam
Studi Islam. Jurnal. Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2013.
Rasyid, Daud. Pembaruan Islam & Orientalisme dalam Sorotan. Bandung:
PT. Syaamil Cipta Media, 2006.
Zaqzuq, Mahmud Hamdy, Orientalisme & Latar Belakang
Pemikirannya. Bangil: Persatuan, 1984.
[1] Thaha Hamim, Menguji Autentisitas Akademik Orientalis dalam
Studi Islam (Jurnal Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya), 2013, 419.
[2] Mahmud Hamdy Zaqzuq, Orientalisme & Latar Belakang
Pemikirannya, (Bangil: Persatuan), 1984, 4.
[3] Mannan Buchari, Menyingkap Tabir Orientalisme (Jakarta:
AMZAH), 2006, 9.
[4] Achmad Zuhdi DH, Pandangan Orientalis Barat tentang Islam:
Antara yang Menghujat dan yang Memuji (Surabaya: PT. Karya Pembina Swajaya),
2004,
[5] Ibid., Mahmud, 68-69.
[6] Ibid., Manan, 102-103.