A.
PENDAHULUAN
Sejarah bukan semata-mata rangkaian
fakta belaka, tetapi sejarah adalah sebuah cerita. Tentunya timbullah
pertanyaan “ Cerita yang bagaimana?, dimanakah letak perbedaannya dengan cerita
sastra?“. Cerita sejarah melukiskan segala sesuatu dengan bersahaja, yaitu
tidak menyebut sebab-sebab mutlak atau sebab-sebab yang pasti. Hanya rangkaian
peristiwa yang saling dihubungkan dengan menunjukkan sangkut pautnya.
Sering kita merasa tidak puas dengan sebuah
pemaparan dan penjelasan mengenai proses sejarah seperti yang terjadi, kita
juga ingin memberikan suatu arti kepada masa silam itu, sehingga aktivitas
manusia pada masa silam itu memperoleh suatu makna. Selanjutnya, Filsafat
Sejarah Kontemplatif pun menaruh perhatian terhadap pembahasan untuk membatasi
pola-pola gerak yang diikuti sejarah dalam perjalanannya dan meneliti tentang
faktor-faktor yang membuat timbulnya suatu pola tertentu dalam gerak sejarah.[1]
Langkah ini mereka lakukan lewat penyingkapan hukum-hukum umum yang mendominasi
gerak itu, disamping perhatian para pengkaji itu untuk menemukan makna gerak
itu. Terkadang ada yang berpendapat bahwa makna gerak itu berkembang ke arah
kebebasan, keadilan, perealisasian kehendak tuhan, kemajuan ke arah penegakan
kehendak manusia, dan sebagainya. Selanjutnya, dalam makalah kami ini akan
dikonsentrasikan pada persoalan gerak dalam sejarah.
B.
GERAK DALAM SEJARAH
1.
Pengertian Gerak Sejarah
Gerak sejarah adalah suatu alur yang
menggambarkan bagaimana jalannya proses sejarah, yakni berupa suatu pola kejadian
dalam berbagai peristiwa kehidupan manusia.[2] Sudah sejak lama bahwa sejarah
dianalogikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari mengenai masa lalu. Pendapat
ini tidak sepenuhnya salah, tetapi juga sebenarnya sejarah tidaklah sepenuhnya
seperti itu.Sejarah menjadi sangat menarik karena di dalamnya terdapat banyak
hal yang justru tidak dimiliki oleh kehidupan bangsa pada saat ini. Sejarah
bukan hanya membicarakan masa lalu, akan tetapi sejarah memiliki sebuah esensi
dimana sejarah mampu memberikan fakta dan pemahaman kepada generasi saat ini
untuk melihat apa yang telah dibuat oleh generasi pendahulunya.
2. Teori Gerak Sejarah
Dalam membicarakan perkembangan sejarah manusia, berbagai pandangan
mencoba untuk memberikan gambaran. Umumnya kita mengenal pembagian teori gerak
sejarah dalam 3 pola gerak, antara lain sebagai berikut:
a.
Teori Siklus
Sejarah bergerak dalam daur kultural, baik daur itu saling terputus
atau saling berjalinan dan berulang kembali (berbentuk siklus).[3]
Para penganut teori ini mengemukakan
bahwa perjalanan kehidupan manusia akan terperangkap kedalam sebuah
lingkaran sejarah. Tidak mengherankan
jika kemudian muncul pepatah Perancis mengenai sejarah: histoire se
repete “sejarah akan berulang kembali”.
Dengan dasar diatas kita dapat membayangkan perkembangan peradaban
manusia itu sebagai suatu pola yang tetap, seperti ayunan abadi dan lingkaran
tertutup itu hanyalah bersifat relatif dan tidak mutlak. Dalam pola ayunan
abadi dan melingkar ini tidak ada titik awal dan akhir dari sejarah.. adanya
hal demikian memunculkan hukum siklus yang berarti bahwa setiap kejadian atau
peristiwa tentu akan terulang. Oleh sebab itu, terdapatlah dalil “di dunia
tidak terdapat sesuatu (peristiwa) yang baru, segala sesuatu tentu berulang
menurut siklus”.[4]
Dari bagan
diatas dapat kita fahami sejarah itu secara tidak sadar beranggapan bahwa dunia
ini mengalami perubahan seperti sebuah roda yang berputar.[5]
Demikian juga tatkala kita mengamati perubahan sejarah kehidupan manusia.
Mula-mula diawali dengan kecil, tumbuh, berkembang, mencapai puncak, kemudian
mengalami kemunduran.
Gagasan Pokok tentang teori siklus ini dapat dibuat tabel sebagai
berikut:[6]
No
|
Unsur
|
Penjelasan
|
1
|
Nama Lain
|
Teori
Biologis, Teori lingkar abadi (eternal return)
|
2
|
Konsep
|
Sejarah bergerak melingkar, setiap
peristiwa sejarah akan selalu berulang
kembali
|
3
|
Jargon
|
I’Histoire
se repete
|
4
|
Dasar Pemikiran
|
Kebudayaan manusia dipandang
seperti living organism, tumbuh, berkembang dan jatuh.
|
b.
Teori Linier
Sejarah
digambarkan dalam perkembangan yang sangat oportunitas bahwa peradaban
manusia berkembang secara linear (garis lurus).[7]
Asumsi dari pemikiran ini adalah peradaban manusia itu akan bertambah maju
bersama waktu tanpa suatu akhir. Dasar asumsi ini, seperti yang dikemukakan
oleh August Comte (1798-1857) dan Herber Spencer (1820-1903), adalah
kepercayaan terhadap kesempurnaan kemampuan manusia yang tidak terbatas,
kecuali usia bumi tempat manusia hidup.
Sejarah
menunjukkan bahwa perkembangan sejarah manusia dari waktu ke waktu mengalami
perkembangan.[8]
Kita yang tinggal di Indonesia setidaknya memiliki beberapa babakan waktu
perkembangan masyarakat, yaitu masyarakat pra sejarah, masyarakat agraris,
masyarakat industri dan masyarakat informasi dan komunikasi.
Dalam
masyarakat prasejarah dideskripsikan sebagai masyarakat kebudayaannya masih
sederhana. Mereka hidup menggantungkan dari apa yang disediakan oleh alam.
Sehingga mereka dicirikan sebagai masyarakat yang nomaden atau berpindah-pindah.
Mereka juga dicirikan sebagai masyarakt yang hidup di goa-goa. Seiring dengan
perkembangan kreativitas dan pendayagunaan akal pikiran, manusia mulai mengenal
cara bercocok tanam atau bertani. Berkembanglah masyarakat agraris. Mereka
mengembangkan berbagai alat-alat pertanian dan teknologi pengairan karena itu
biasanya masyarakat seperti ini tidak berpindah-pindah disebabkan kebutuhan
pokok mereka dapat dipenuhi dari hasil pertaniannya.
Dari masyarakat
agraris berkembang masyarakat industri yang dicirikan adanya masifikasi
produksi akibat berkembangmya teknologi industri. Dalam masyarakat industri
ini tereksplorasi yang luar biasa
terhadap, tenaga manusia digantikan dengan mesin-mesin. Akibat positifnya kebudayaan
manusia dapat dipenuhui meskipun dalam beberapa hal menimbulkan dampak
negatif., seperti kerusakan sumber daya alam, polusi, dan semakin tersingkirnya
tenaga manusia akibat digantikan oleh mesin.
Pada masa kini,
peradaban memasuki era baru yaitu era masyarakat informasi dan telekomunikasi
yang dicirikan dengan semakin berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi.
Hal ini terjadi berkat kecanggihan kreativitas manusia dalam memproduksi
teknologi computer, satelit, dan teknologi komunikasi. Kondisi inilah yang
kemudian membawa masyarakat saat ini menjadi masyarakat global.
Dapat digambarkan bentuknya sebagai berikut:
Beberapa konsep perkembangan sejarah secara progressive dapat
dideskripsikan secara singkat sebagaimana pada tabel berikut:[9]
No
|
Unsur
|
Penjelasan
|
1
|
Nama Lain
|
Theory
Progress
|
2
|
Konsep
|
Sejarah digambarkan sebagai proses
perkembangan menuju kepada kondisi yang lebih sempurna
|
3
|
Jargon
|
The
Idea of Progress
|
4
|
Dasar Pemikiran
|
Pemikiran teologis dalam sejarah
bahwa manusia adalah makhluk penebus kesalahan menuju kearah yang lebih baik
, peningkatan nilai-nilai kemanusiaan.
|
c.
Teori Spiral
Teori ini
sebenarnya ingin menggabungkan dua teori sebelumnya. Secara sederhana, teori
ini menjelaskan bahwa perjalanan sejarah manusia tentunya akan terjadi
pergantian rezim dari waktu ke waktu (mengalami siklus), tetapi rezim baru yang
menggantikannya tentu tidak berangkat dari titik nol dalam bidang kemajuan peradabannya.
Seperti di
Indonesia, misalnya dalam rezim orde lama bersiklus lahir, tumbuh, puncak dan
runtuh. Dan kemudian diteruskan oleh orde baru yang mengalami siklus yang sama
sehingga akhirnya digantikan ole orde reformasi. Ketika orde baru lahir, tentu orde
baru ini tidak mulai perkembangannya dari nol. Namun, masih mengambil beberapa
produk atau capaian-capaian yang dihasilkan pada masa orde lama.
Beberapa konsep
perkembangan sejarah menurut teori spiral dapat dideskripsikan secara singkat
sebagaimana pada tabel berikut:
No
|
Unsur
|
Penjelasan
|
1
|
Nama Lain
|
Progressive
philosophical viempoint of history, Teori evolusi sejarah.
|
2
|
Konsep
|
Sejarah itu memang berulang terus,
tapi perulangan itu dalam lingkaran spiral yang meningkat dan menuju pada
kondisi yang lebih sempurna.
|
3
|
Jargon
|
The
Idea of Progress
|
4
|
Dasar Pemikiran
|
Sejarah adalah perjuangan manusia
menuju kemajuan. Kemajuan itu tidak dapat menafikkan kepada peristiwa sejarah
dimasa lampau.
|
C.
KESIMPULAN
Pada umumnya
kita mengenal pembagian teori gerak sejarah dalam tiga pola gerak antara lain
sebagai berikut:.
1.
Teori
siklus yang menjelaskan bahwa adanya peradaban itu dimulai dari lahir,
berkembang, mencapai puncak, kemunduran dan diakhiri oleh kematian yang
terlingkar dalam satu lingkaran siklus.
2.
Teori
linier. Dalam teori linier menunjukkan bahwa adanya sebuah peradaban itu
mengalami perkembangan dari waktu kewaktu yang memiliki beberapa babakan waktu
perkembangan masyarakat seperti sebuah anak tangga yang memiliki
tahapan-tahapan untuk memperoleh sebuah peradaban yang lebih maju.
3.
Teori
spiral. Yang menjelaskan bahwa perjalanan sebuah sejarah atau peradaban akan
terjadi pergantian rezim dari waktu kewaktu tetapi rezim baru yang
menggantikannya tidak berangkat dari titik nol dalam bidang kemajuan
peradabannya.
DAFTAR PUSTAKA
Ali,
R. Moh. Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia. Bandung: -. 1961
Biyanto.
Teori Siklus Peradaban: Perspektif
Ibnu Khaldun. Surabaya: LPAM. 2004.
Esha, Muhammad in’am. Percikan
Filsafat Sejarah Dan Peradaban Islam. Malang: UIN Maliki Press. 2011.
Referensi Web:
[1]
Mumuh Muhsin Z, “Pola Gerak Sejarah” dalam http://mumuhmz.wordpress.com/2011/09/21/pola-gerak-sejarah/ (29 September 2014)
[2] http://ipsb2011.wordpress.com/2012/05/07/gerak-sejarah/ diunduh oleh Nia Susanti pada tanggal 1 Oktober 2014
[3]
Biyanto, Teori Siklus Peradaban: Perspektif Ibnu Khaldun,
(Surabaya: Lembaga Pengkajian Agama dan Masyarakat (LPAM), 2004), 18.
[4] R. Moh. Ali, Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia, (Bandung: -,
1961), 81.
[5] Muhammad In’am Esha, Percikan Filsafat Sejarah dan Peradaban
Islam, (Malang: UIN MALIKI PRESS, 2011), 23.
[6] Ibid, Muhammad In’am Esha, 24.
[7] Ibid, Biyanto, 18.
[8] Ibid, Muhammad In’am Esha 24
[9] Ibid, Muhammad In’am Esha, 26.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar