A.
PENDAHULUAN
Islam sampai ke
Cina melalui dua jalur perdagangan, pertama-tama melalui jalan laut, dan
kemudian melalui jalan darat. Jalan darat yang dilalui para pedagang dari Arab
melintasi Persia, Afghanistan, wilayah Asia Tengah, Bukhara dan Samarkand,
sebelum terhenti di daratan Cina bagian Barat Laut. Sementara itu jalur laut,
diawali dari laut Arabia, melalui teluk Benggala dan selat Malaka, sebelum
mencapai laut Cina Selatan. Pada saat itu, yang menggunkan jalur darat dan laut
adalah para pedagang Cina, Persia dan Arab.
Komunitas muslim di Cina telah meningkat
terus-menerus bertahun-tahun melalui imigrasi, perpindahan agama dan
perkawinan. Di bawah rezim Mongol (1279-1368), posisi Muslim Cina sangat
berpengaruh dan banyak ahli sejarah memandang Dinasti Yuan adalah muslim.
Pengaruh ini tidak menurun di bawah Dinasti Ming (1368-1644), sepanjang Dinasti
ini muslim menjadi terintegrasi dengan baik dalam kebudayaan Cina tanpa
kehilangan identitas muslimnya.
Seiring berjalannya waktu, Minoritas Muslim di Cina mengalami adanya pemabatasan
dalam kehidupan politik, termasuk dalam pengembangan kultur dan identitasnya,
tetapi akar persoalannya semula bukan disebabkan oleh tumbuhnya sikap
pembedaan antar-kelompok dalam
masyarakat (mayoritas-minoritas). Keterpurukan nasib muslim lebih disebabkan
oleh intervensi atau kepentingan elit dalam upaya menghegemoni atau
mempertahankan kekuasaan.
Dalam makalah
ini akan dijelaskan lebih mengena tentang sejarah Islam masuk Cina,
perkembangannya dan tantangan yang dihadapi oleh minoritas Muslim yang ada di
Cina.
B.
PEMBAHASAN
1.
Negara Cina
Cina adalah
negara terbesar di Asia dan terbesar ketiga di dunia, hanya Rusia dan Kanada
yang lebih besar. Cina memiliki penduduk lebih dari 1,3 miliar orang. Angka itu
membentuk hampir 23% dari populasi dunia. Empat dari penemuan-penemuan terbesar
dunia mesiu, kompas magnetik, kertas, dan percetakan dikaitkan dengan China.
Benda-benda itu digunakan di Cina jauh sebelum dikenal di Barat.[1]
Letak astronomis adalah letak yang dilihat
berdasarkan garis lintang dan garis bujur. Secara astronomis, Cina
terletak antara 18º LU-54º LU dan 73º BT-135º BT.[2]
Sedangkan Letak Geografis ialah letak suatu daerah dilihat dari kenyataannya di
bumi atau posisi daerah itu pada bola bumi dibandingkan dengan posisi daerah
lain. Letak geografis ditentukan pula oleh letak astronomis dan letak geologis.
Jadi, dilihat dari geografisnya daratan Cina sebagian besar berhadapan dengan
Samudera Pasifik dan Laut Cina Selatan.
Lokasi Cina sangat strategis daerahnya luas,
dan terletak disebelah selatan bekas Uni Soviet dan Mongolia. Di sebelah timur
berbatasan dengan laut yang luas, sedangkan di utara dan barat berupa
pegunungan. Sudah sejak zaman dahulu Cina terkenal di dunia dan berhubungan
dengan negara-negara lain. Batas-batas negara Cina adalah :
Utara :
Republik Rakyat Mongolia, Rusia, dan Kazakhstan.
Timur :
Laut Cina timur, Laut Kuning, Korea Utara, dan laut
Cina Selatan
Selatan : Nepal, Bhutan, India, Myanmar,
Laos, dan Vietnam.
Barat : Kirgistan dan tadzikistan.
Cina memiliki garis pantai sepanjang 14.500 km
pada Samudra pasifik. Garis perbatasan daratnya dengan 14 Negara memiliki
panjang paling kurang 22.000 km. dengan variasi iklim dan bentang alam yang
sangat banyak, Cina dapat dibagi kedalam tiga wilayah utama yaitu bagian barat
daya, bagian timur dan utara, dan bagian barat laut. Bagian barat daya
merupakan daerah pegunungan yang dingin.
Bagian timur merupakan lahan pemukiman terbesar di negara ini. wilayah bagian
barat-laut Cina merupakan kawasan dataran tinggi yang sangat luas.[3]
Sebagian besar
orang Cina termasuk ke dalam kelompok etnis yang disebut Han. Cina memiliki 55
kelompok etnis lain dalam berbagai jumlah. Mereka meliputi etnis Zhuang, yang
tinggal di barat daya dan secara budaya dekat dengan Han, dan etnis Uighur di
barat laut, yang berbicara dalam bahasa Turki dan beragama Islam. Ada juga
etnis Hui, yang merupakan etnis Han Cina Muslim, orang Tibet, yang mendiami
dataran tinggi Tibet yang luas di barat, dan orang Mongol, yang tinggal di Nei
Monggol (Mongolia Dalam).
Mandarin Cina
adalah bahasa lisan resmi Cina. Mandarin adalah salah satu dari delapan dialek
utama dan banyak dialek kecil lainnya yang membentuk bahasa Cina. Beberapa
agama dianut di Cina oleh sebagian kecil orang. Taoisme, Budha, dan Islam
masing-masing dianut oleh sekitar 3% dari populasi.[4]
Sekitar 1% dari populasi adalah orang Kristen. Secara resmi, Cina adalah sebuah
negara ateis (yang menolak keberadaan Tuhan). Ketika Komunis berkuasa pada
1949, mereka menekan agama dan menganiaya banyak pemeluk agama.
2.
Sejarah dan perkembangan Islam di Cina
Terdapat
beberapa sumber yang menceritakan bagaimana masuknya Islam ke daratan Cina.
Sumber pertama menyebutkan, ajaran Islam pertama kali tiba di Cina dibawa oleh
para sahabat Rasul yang hijrah ke Al-Habsya Abyssinia (Ethiopia). Sahabat Nabi
hijrah ke Ethopia untuk menghindari kemarahan kemarahan dan amuk massa kaum
Quraisy jahiliyah. Mereka antara lain adalah Ruqoyyah, anak perempuan Nabi,
Ustman bin Affan, Sa’ad bin Waqqas, paman Rasulullah SAW dan sejumlah sahabat
lainnya. Para sahabat hijrah ke Ethiopia itu mendapat perlindungan dari Raja
Atsmaha Negus di kota Axum. Banyak sahabat yang memilih menetap dan tak
kembali ke tanah Arab, konon mereka inilah yang kemudian berlayar dan tiba di
daratan Cina pada saat Dinasti Sui berkuasa (581 M – 618 M).[5]
Sumber
yang lain menyatakan
bahwa ekspedisi Arab datang
ke Cina di tahun kedua
pemerintahan kaisar Yung Way dari dinasti Tang yaitu pada 31 H (651 M) di masa
pemerintahan oleh Khalifah Ustman. Delegasi ini berjumlah 15 orang dan
dipimpin oleh Saad Ibn Abi Waqqas, salah seorang sahabat Nabi. Delegasi
tersebut datang ke Cina melalui jalur laut dan tiba di Kanton. Kemudian melalui darat pergi
ke ibukota Zhang-An (sekarang Xian). Disana mereka disambut oleh kaisar dan
diizinkan membangun sebuah masjid. Masjid ini diyakini sebagai masjid pertama
di China, yang masih berdiri sampai sekarang.
Sebagian besar
sarjana berpendapat bahwa agama Islam masuk tiongkok pada pertengahan abad
ke-7. Peristiwa penting yang terjadi pada masa itu ialah, Khalifah III Utsman
bin Affan (577-656) mengirim utusannya yang pertama ke Tiongkok pada tanggal 25
Agustus tahun 651 M (2 Muharam 31 H). Ketika menghadap kaisar Yong Hui dari
Dinasti Tang, utusan dari Arab itu memperkenalkan keadaan negerinya serta agama
Islam. Sejak saat itulah mulai tersebar agama Islam di Tiongkok.
Islam masuk ke
Tiongkok melalu daratan dan lautan. Perjalannan darat dimulai dari Arab sampai
ke bagian barat Laut Tiongkok melalui Persia dan Afghanistan. Jalan ini
terkenal dengan nama “Jalur Sutra”, sedangkan perjalanan laut dimulai dari
teluk Persia dan Laut Arab sampai pelabuhan-pelabuhan Tiongkok seperti
Guangzhou, Quanzhou, Hangzhou dan Yangzhou melalui Teluk Benggala, selat Malaka
dan Laut Tiongkok Selatan.
Sejalan dengan
hubungan perdagangan, terjadi hubungan budaya antara Barat dan Timur.
Akulturasi budaya terjadi. Para pendatang banyak yang kemudian menetap
dibeberapa wilayah Cina dan menyebarkan ajaran Islam.[6]
Mereka membangun komunitas sosial yang unik dengan tradisi dan tata cara yang
berbeda dari kebanyakan penduduk asli Cina. Sejarah Cina juga mencatat bahwa
Cina melakukan ekspansi ke wilayah-wilayah perbatasan yang rata-rata dihuni
oleh bangsa yang bukan dari kalangan etnis Cina.
Selama dinasti
tang, orang-orang Muslim hidup makmur dan dihormati di Cina.[7]
Namun meskipun meluas perkawinan campuran, mereka tetap merupakan unsur asing,
baik dalam segi Bahasa, asal etnik dan bentuk fisik. Namun banyak kaisar
memberikan perlakuan istimewa kepada mereka. Pemberian hak istimewa ini
meningkat dibawah Dinasti Siung berikutnya. Ada 86 delegasi dari negara muslim
ke Cina antara 31 H (651 M) dan 604 H (1207 M). Terjadi aliran Imigran Muslim
secara terus- menerus yang membangun kota-kota Muslim satelit di dekat
pelabuhan-pelabuhan terbesar Cina. Mereka membnagun masjid-masjid dan
mendirikan lembaga-lembaganya sendiri.
Zaman Dinasti
Yuan merupakan zaman yang paling penting bagi perkembangan agama Islam di Cina,
karena Agama Islam di Cina berkembang paling pesat dan paling makmur pada zaman
itu dan mempunyai kedudukan yang penting, arena politik dan kehidupan
masyarakat.[8]
Penduduk yang menganut agama Islam bertambah pesat, dan warga Islam Cina banyak
mengadakan perhubungan dengan dunia Arab. Masjid di Cina pada zaman itu
bertambah banyak. Selain bercirikan seni Arab, reka bentuknya telah menerima
seni Cina, karena banyak menggunakan kayu yang diukir.
Pada zaman
Dinasti Ming, perkembangan agama Islam di China telah menghadapi rintangan,
maharaja pertama Dinasti Ming memandang rendah terhadap agama Islam. Baginda
mengeluarkan perintah untuk melarang rakyat menyembelih lembu secara tersendiri
dan beberapa dasar yang mendiskriminasi umat Islam, termasuk orang Islam tidak
boleh menjadi pegawai kerajaan dan lain-lainnya. Ini telah mencetuskan
kemarahan umat Islam di Cina dan penduduk Islam mengadakan pemberontakan di ibu
kota negara.
3.
Perkembangan Lembaga-lembaga Islam
Sebelum
berdirinya Republik Rakyat Cina ada 42.000 masjid bebarengan dengan sekolah
Islam.[9]
Masjid-masjid ini ada di seluruh negeri di mana pun Muslim berada. Terdapat
juga puluhan ribu imam aktif dalam mendidik rakyat. Ini disebut ahung ada
juga imam wanita diantara mereka. Imam-imam itu dididik diempat pusat
pengajaran Islam yang besar setingkat universitas al-Azhar di Kairo. Pertama,
di Turkestan Timur, di kota Kashgor yang bertindak yang bertindak sebagai
pusat penyebaran kebudayaan Islam ke seluruh Cina. Kedua, di Ho Tcheu,
di Khansu dimana mahasiswa datang dari penjuru China untuk mempelajari
ilmu-ilmu keislaman. Ketiga, institute pendidikan tinggi, di Beijing dan
keempat di kota Houai-King di Provinsi Honan yang mempunyai jumlah
Muslim terbesar di antara provinsi-provinsi China.
Akhirnya sejak
abad ke-19 sejumlah literatur Islam telah dihasilkan oleh Muslim dalam Bahasa
China. Penulis Muslim pertama yaitu Liu Chih (1724) dengan risalah tentang
kehidupan Nabi. Ia mengajak orang-orang Muslim untuk mengikuti kehidupan
teladan Nabi jika ingin menjadi muslim yang baik. Selain itu ada Wang Tai-Yu (w 1660) dan Yusuf Ma Chu (w
1711) yang menulis tentang keimanan dan filsafat Islam. Selanjutnya Ma Te-shin menulis tentang
hukum, filsafat dan sejarah muslim juga grametika Arab dan retotika. Ia juga
sempat menerjemahakan makna Al-Quran ke dalambahasa China, tetapi ia meninggal
sebelum menyelesaikan pekerjaannya. Pada pertengahan abad ke-20 seorang China
muslim dapat menjadi imam yang terpercaya dan imam dalam bahasanya sendiri.
Semua itu berubah selama Republik Rakayat Cina, terutama revolusi kebudayaan.
Setelah
tahun 1911, muslim Cina membangun kembali kontak dengan dunia Muslim lainnya,
mereka melakukan upaya perbaikan organisasi dan pendidikan dan membawa kembali
masa muslim kepada garis ortodoks.[10] Yang paling menonjol, adalah pendirian Organisasi Muslim Cina
Progesif di Beijing yang dipimpin oleh Al-Haj Ahound Wang Haonan yang
aktivitasnya terpusat pada penyebaran pendidikan Islam, pengajaran bahasa Arab,
dan pembangunan masjid dan sekolah.
Pada
1938, suat organisasi baru Pan Cina Muslim didirikan dibawa pimpinan seorang
jenderal angkatan darat muslim. Ia memimpin milisi muslim untuk mempertahankan
negaranya dari serbuan Jepang. Organisasi ini juga menerjemahkan Al-Quran ke
dalam bahasa Cina dan mengirim ratusan pelajar. Pada 1926 organisasi kebudayaan
Muslim Cina dibentuk di Shanghai, dipimpin oleh al-Haj Jalaluddin Hat-Hshing.
Peranan organisasi tersebut adalah untuk mengatur pendirian studi Al-Quran (tafsir)
dan hadist nabi. Organisasi ini mendirikan banyak sekolah dan perpustakaan dan
memberikan beasiswa kepada banyak mahasiswa.
4.
Tantangan Yang dihadapi Muslim
Pada abad ke-19
merupakan abad pemberontakan muslim terus-menerus melawan penindasan.[11]
Sejak pembentukan rezim komunis pada 1948, masjid dan sekolah ditutup. Para
imam dibunuh dan dipenjarakan. Struktur kekeluargaan muslim dihancurkan dan
para anggotanya dibubarkan. Periode 1952-1968. Mirip dengan era Stalin di Uni
Soviet, kelaparan buatan diciptakan, penduduk muslim dibubarkan, Masjid telah
ditutup dan dirusak diganti dengan club, gudang, gedung bioskop, barak dll.
Pengecualian masjid di Kashgar dan di
Tungzu yang terkenal di Beijing. Pengajaran agama mulai dibatasi, sekolah
muslim ditutup dan kurikulumnya diganti indoktrinasi komunis, pemimpin muslim
disiksa, poster-poster anti-islam dimana-mana, buku keagamaan disita dan juga
dibakar.
Islam suku
Uighur di Xinjiang mendapatkan perlakuan diskriminatif dari pemerintah. Sering
terjadi konflik antara Uighur untuk menghilangkan identitas Muslim Uighur.
Propinsi Xinjiang termasuk propinsi yang paling kaya (SDA). Uighur adalah
peranakan dari Turki yang mempunyai budaya relatif berbeda. Uighur dijajah Cina
sejak 1949. Uighur ingin merdeka dan menjadi negara Turkistan Timur. Konflik
pemerintah dengan suku Uighur menjadikan hubungan Cina dan Turki memburuk.
Demonstrasi muslim Uighur pada Juli 2009 berakhir dengan penangkapan ribuan
muslim dan terbunuhnya ratusan Muslim Uighur (pihak Han juga mengklaim bahwa
mayoritas yang terbunuh adalah dari pihak Han). Pemerintah Cina melarang umat
Islam melaksanakan sholat jumat, demi keamanan umum pasca kerusuhan di Uighur.
Pemerintah menekan Muslim Uighur dengan alasan antirakadikalisme/ terorisme dan
juga dengan isu separatism. Saat ini Muslim Uighur adalah minoritas di
tanahnaya sendiri. Ada banyak jenis sertifikasi halal yang membuat ragu Muslim
Cina.
Beberapa
organisasi Muslim di level nasional memperjuangkan hak-hak muslim seperti:
a.
Ternak
babi dilarang didaerah mayoritas muslim
b.
Kuburan
muslim terpisah
c.
Pendirian
institusi untuk pernikahan muslim
d.
Sertifikasi
makanan-makanan halal
Mulai banyak orang Cina yang studi
Islam di negara-negara Muslim. Khususnya di Timur Tengan Muslim Cina juga
mengadakan perjuangan via lembaga-lembaga internasional atas nama HAM.
Mahasiswa dan
pegawai negeri sipil di kawasan berpenduduk muslim Cina, Xinjiang,
diperintahkan untuk tidak mengikuti ibadah puasa selama bulan Ramadhan. Sebuah
pengumuman yang dipasang di situs-situs pemerintahan, sekolah dan organisasi
lokal menyebut larangan itu dibuat untuk melindungi kesehatan murid dan
mahasiswa.[12]
C.
KESIMPULAN
Dalam suatu
catatan dikatakan bahwa penyebaran Islam di Cina yang masuk melalui wilayah
darat dan laut diawali pada abad 7 pada waktu dinasti tang berkuasa (618-907).
Pada pertama kalinya, datanglah utusan Khalifah Utsman bin Affan (644-656) di
Changan (yang kemudian disebut Xi’an) pada tahun 651. Sejak itu perdagangan
Arab dan Persia lalu lalang ke Negeri Cina.
Komunitas
muslim Cina bermula hampir bersamaan dengan datangnya Islam. Komunitas itu
selama berabad-abad berikunya melewati
masa-masa silih berganti dalam perubahan-perubahan keberuntungan, dari
kedudukan berwibawa dan berkekuatan
besar diseluruh negeri kepada periode-periode penganiayaan dan tekanan yang
hebat. Selama revolusi kebudayaan mereka melewati periode sejarahnya yang paling
buruk.
Di era modern
seperti sekarang, Islam cukup berkembang dan mendapat ruang di Cina. Di
kota-kota besar seperti Beijing dan Shanghai populasi umat Muslim pun turut
berkembang. Demikian dengan masjid-masjid yang semakin ramai jamaah. Selain sebagai tempat beribadah ternyata masjid ini sebagai tempat wisata
karena bangunannya yang indah dan berciri khas Negara Cina. Kemungkinan kecil
pengaruh-pengaruh anti Islam juga masih ada tetapi muslim di Cina semakin
meningkat karena perkembangannya yang cukup baik sampai sekarang meski sempat
ada pembatasan.
DAFTAR PUSTAKA
Ensiklopedi Geografi: Asia Timur dan
Afrika. Jakarta: PT Lentera Abadi. 2007.
Kettani, M. Ali. Minoritas Muslim di Dunia Dewasa Ini. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada. 2005.
Mashad, Dhurorudin. Muslim di
Cina. Jakarta: Pensil-324. 2006.
Website:
http://lintangsenja28.blogspot.com/2014/02/deskripsinegara-china-a_5.html
https://senyumislam.wordpress.com/tag/cina/
http://www.academia.edu/6825632/paper_Sejarah_Peradaban_Islam_negeri_tirai_bambu
http://www.dw.de/cina-larang-muslim-uighur-berpuasa/a-17758906
[1] Kembang
Pete, “Profil Lengkap Negara Cina”, dalam http://www.kembangpete.com/2014/08/25/profil-lengkap-negara-china/ (10 Mei 2015)
[2] Lintang
Senja, “Deskripsi Negara Cina”, dalam http://lintangsenja28.blogspot.com/2014/02/deskripsinegara-china-a_5.html
(10 Mei 2015)
[3] Ensiklopedi
Geografi: Asia Timur dan Afrika, Jakarta: PT Lentera Abadi, 2007
[4] Kembang
Pete, “Profil Lengkap Negara Cina”, dalam http://www.kembangpete.com/2014/08/25/profil-lengkap-negara-china/ (10 Mei 2015)
[5] Academia, “
Sejarah Peradaban Islam Negeri Tirai Bambu”, dalam http://www.academia.edu/6825632/paper_Sejarah_Peradaban_Islam_negeri_tirai_bambu
(13 Mei
2015)
[6] Dhurorudin
Mashad, Muslim di Cina, (Jakarta: Pensil-324, 2006), 4
[7] M. Ali
Kettani, Minoritas Muslim di Dunia Dewasa Ini, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2005), 123
[9] Ibid,. M. Ali
Kettani, 141-143
[10] Academia, “
Sejarah Peradaban Islam Negeri Tirai Bambu”, dalam http://www.academia.edu/6825632/paper_Sejarah_Peradaban_Islam_negeri_tirai_bambu
(13 Mei
2015)