Rabu, 16 November 2016

MINORITAS MUSLIM DI CINA



A.    PENDAHULUAN
Islam sampai ke Cina melalui dua jalur perdagangan, pertama-tama melalui jalan laut, dan kemudian melalui jalan darat. Jalan darat yang dilalui para pedagang dari Arab melintasi Persia, Afghanistan, wilayah Asia Tengah, Bukhara dan Samarkand, sebelum terhenti di daratan Cina bagian Barat Laut. Sementara itu jalur laut, diawali dari laut Arabia, melalui teluk Benggala dan selat Malaka, sebelum mencapai laut Cina Selatan. Pada saat itu, yang menggunkan jalur darat dan laut adalah para pedagang Cina, Persia dan Arab.
 Komunitas muslim di Cina telah meningkat terus-menerus bertahun-tahun melalui imigrasi, perpindahan agama dan perkawinan. Di bawah rezim Mongol (1279-1368), posisi Muslim Cina sangat berpengaruh dan banyak ahli sejarah memandang Dinasti Yuan adalah muslim. Pengaruh ini tidak menurun di bawah Dinasti Ming (1368-1644), sepanjang Dinasti ini muslim menjadi terintegrasi dengan baik dalam kebudayaan Cina tanpa kehilangan identitas muslimnya.
Seiring  berjalannya waktu, Minoritas  Muslim di Cina mengalami adanya pemabatasan dalam kehidupan politik, termasuk dalam pengembangan kultur dan identitasnya, tetapi akar persoalannya semula bukan disebabkan oleh tumbuhnya sikap pembedaan  antar-kelompok dalam masyarakat (mayoritas-minoritas). Keterpurukan nasib muslim lebih disebabkan oleh intervensi atau kepentingan elit dalam upaya menghegemoni atau mempertahankan kekuasaan.
Dalam makalah ini akan dijelaskan lebih mengena tentang sejarah Islam masuk Cina, perkembangannya dan tantangan yang dihadapi oleh minoritas Muslim yang ada di Cina.






B.     PEMBAHASAN
1.      Negara Cina








Cina adalah negara terbesar di Asia dan terbesar ketiga di dunia, hanya Rusia dan Kanada yang lebih besar. Cina memiliki penduduk lebih dari 1,3 miliar orang. Angka itu membentuk hampir 23% dari populasi dunia. Empat dari penemuan-penemuan terbesar dunia mesiu, kompas magnetik, kertas, dan percetakan dikaitkan dengan China. Benda-benda itu digunakan di Cina jauh sebelum dikenal di Barat.[1]
Letak astronomis adalah letak yang dilihat berdasarkan garis lintang dan garis bujur.  Secara astronomis, Cina terletak antara 18º LU-54º LU dan 73º BT-135º BT.[2] Sedangkan Letak Geografis ialah letak suatu daerah dilihat dari kenyataannya di bumi atau posisi daerah itu pada bola bumi dibandingkan dengan posisi daerah lain. Letak geografis ditentukan pula oleh letak astronomis dan letak geologis. Jadi, dilihat dari geografisnya daratan Cina sebagian besar berhadapan dengan Samudera Pasifik dan Laut Cina Selatan.
Lokasi Cina sangat strategis daerahnya luas, dan terletak disebelah selatan bekas Uni Soviet dan Mongolia. Di sebelah timur berbatasan dengan laut yang luas, sedangkan di utara dan barat berupa pegunungan. Sudah sejak zaman dahulu Cina terkenal di dunia dan berhubungan dengan negara-negara lain. Batas-batas negara Cina adalah :
Utara               : Republik Rakyat Mongolia, Rusia, dan  Kazakhstan.
Timur               : Laut Cina timur, Laut Kuning, Korea Utara, dan laut  
                Cina Selatan
Selatan             : Nepal, Bhutan, India, Myanmar, Laos, dan  Vietnam.
Barat                : Kirgistan dan tadzikistan.
Cina memiliki garis pantai sepanjang 14.500 km pada Samudra pasifik. Garis perbatasan daratnya dengan 14 Negara memiliki panjang paling kurang 22.000 km. dengan variasi iklim dan bentang alam yang sangat banyak, Cina dapat dibagi kedalam tiga wilayah utama yaitu bagian barat daya, bagian timur dan utara, dan bagian barat laut. Bagian barat daya merupakan  daerah pegunungan yang dingin. Bagian timur merupakan lahan pemukiman terbesar di negara ini. wilayah bagian barat-laut Cina merupakan kawasan dataran tinggi yang sangat luas.[3]
Sebagian besar orang Cina termasuk ke dalam kelompok etnis yang disebut Han. Cina memiliki 55 kelompok etnis lain dalam berbagai jumlah. Mereka meliputi etnis Zhuang, yang tinggal di barat daya dan secara budaya dekat dengan Han, dan etnis Uighur di barat laut, yang berbicara dalam bahasa Turki dan beragama Islam. Ada juga etnis Hui, yang merupakan etnis Han Cina Muslim, orang Tibet, yang mendiami dataran tinggi Tibet yang luas di barat, dan orang Mongol, yang tinggal di Nei Monggol (Mongolia Dalam).
Mandarin Cina adalah bahasa lisan resmi Cina. Mandarin adalah salah satu dari delapan dialek utama dan banyak dialek kecil lainnya yang membentuk bahasa Cina. Beberapa agama dianut di Cina oleh sebagian kecil orang. Taoisme, Budha, dan Islam masing-masing dianut oleh sekitar 3% dari populasi.[4] Sekitar 1% dari populasi adalah orang Kristen. Secara resmi, Cina adalah sebuah negara ateis (yang menolak keberadaan Tuhan). Ketika Komunis berkuasa pada 1949, mereka menekan agama dan menganiaya banyak pemeluk agama.

2.      Sejarah dan perkembangan Islam di Cina
Terdapat beberapa sumber yang menceritakan bagaimana masuknya Islam ke daratan Cina. Sumber pertama menyebutkan, ajaran Islam pertama kali tiba di Cina dibawa oleh para sahabat Rasul yang hijrah ke Al-Habsya Abyssinia (Ethiopia). Sahabat Nabi hijrah ke Ethopia untuk menghindari kemarahan kemarahan dan amuk massa kaum Quraisy jahiliyah. Mereka antara lain adalah Ruqoyyah, anak perempuan Nabi, Ustman bin Affan, Sa’ad bin Waqqas, paman Rasulullah SAW dan sejumlah sahabat lainnya. Para sahabat hijrah ke Ethiopia itu mendapat perlindungan dari Raja Atsmaha  Negus di kota Axum. Banyak sahabat yang memilih menetap dan tak kembali ke tanah Arab, konon mereka inilah yang kemudian berlayar dan tiba di daratan Cina pada saat Dinasti Sui berkuasa (581 M – 618 M).[5]
Sumber yang lain menyatakan bahwa ekspedisi Arab datang ke Cina di tahun kedua pemerintahan kaisar Yung Way dari dinasti Tang yaitu pada 31 H (651 M) di masa pemerintahan oleh Khalifah Ustman. Delegasi ini  berjumlah 15 orang dan dipimpin oleh Saad Ibn Abi Waqqas, salah seorang sahabat Nabi. Delegasi tersebut datang ke Cina melalui jalur laut dan tiba di Kanton. Kemudian melalui darat pergi ke ibukota Zhang-An (sekarang Xian). Disana mereka disambut oleh kaisar dan diizinkan membangun sebuah masjid. Masjid ini diyakini sebagai masjid pertama di China, yang masih  berdiri sampai sekarang.
Sebagian besar sarjana berpendapat bahwa agama Islam masuk tiongkok pada pertengahan abad ke-7. Peristiwa penting yang terjadi pada masa itu ialah, Khalifah III Utsman bin Affan (577-656) mengirim utusannya yang pertama ke Tiongkok pada tanggal 25 Agustus tahun 651 M (2 Muharam 31 H). Ketika menghadap kaisar Yong Hui dari Dinasti Tang, utusan dari Arab itu memperkenalkan keadaan negerinya serta agama Islam. Sejak saat itulah mulai tersebar agama Islam di Tiongkok.
Islam masuk ke Tiongkok melalu daratan dan lautan. Perjalannan darat dimulai dari Arab sampai ke bagian barat Laut Tiongkok melalui Persia dan Afghanistan. Jalan ini terkenal dengan nama “Jalur Sutra”, sedangkan perjalanan laut dimulai dari teluk Persia dan Laut Arab sampai pelabuhan-pelabuhan Tiongkok seperti Guangzhou, Quanzhou, Hangzhou dan Yangzhou melalui Teluk Benggala, selat Malaka dan Laut Tiongkok Selatan.
Sejalan dengan hubungan perdagangan, terjadi hubungan budaya antara Barat dan Timur. Akulturasi budaya terjadi. Para pendatang banyak yang kemudian menetap dibeberapa wilayah Cina dan menyebarkan ajaran Islam.[6] Mereka membangun komunitas sosial yang unik dengan tradisi dan tata cara yang berbeda dari kebanyakan penduduk asli Cina. Sejarah Cina juga mencatat bahwa Cina melakukan ekspansi ke wilayah-wilayah perbatasan yang rata-rata dihuni oleh bangsa yang bukan dari kalangan etnis Cina.
Selama dinasti tang, orang-orang Muslim hidup makmur dan dihormati di Cina.[7] Namun meskipun meluas perkawinan campuran, mereka tetap merupakan unsur asing, baik dalam segi Bahasa, asal etnik dan bentuk fisik. Namun banyak kaisar memberikan perlakuan istimewa kepada mereka. Pemberian hak istimewa ini meningkat dibawah Dinasti Siung berikutnya. Ada 86 delegasi dari negara muslim ke Cina antara 31 H (651 M) dan 604 H (1207 M). Terjadi aliran Imigran Muslim secara terus- menerus yang membangun kota-kota Muslim satelit di dekat pelabuhan-pelabuhan terbesar Cina. Mereka membnagun masjid-masjid dan mendirikan lembaga-lembaganya sendiri.
Zaman Dinasti Yuan merupakan zaman yang paling penting bagi perkembangan agama Islam di Cina, karena Agama Islam di Cina berkembang paling pesat dan paling makmur pada zaman itu dan mempunyai kedudukan yang penting, arena politik dan kehidupan masyarakat.[8] Penduduk yang menganut agama Islam bertambah pesat, dan warga Islam Cina banyak mengadakan perhubungan dengan dunia Arab. Masjid di Cina pada zaman itu bertambah banyak. Selain bercirikan seni Arab, reka bentuknya telah menerima seni Cina, karena banyak menggunakan kayu yang diukir.
Pada zaman Dinasti Ming, perkembangan agama Islam di China telah menghadapi rintangan, maharaja pertama Dinasti Ming memandang rendah terhadap agama Islam. Baginda mengeluarkan perintah untuk melarang rakyat menyembelih lembu secara tersendiri dan beberapa dasar yang mendiskriminasi umat Islam, termasuk orang Islam tidak boleh menjadi pegawai kerajaan dan lain-lainnya. Ini telah mencetuskan kemarahan umat Islam di Cina dan penduduk Islam mengadakan pemberontakan di ibu kota negara.

3.      Perkembangan Lembaga-lembaga Islam
Sebelum berdirinya Republik Rakyat Cina ada 42.000 masjid bebarengan dengan sekolah Islam.[9] Masjid-masjid ini ada di seluruh negeri di mana pun Muslim berada. Terdapat juga puluhan ribu imam aktif dalam mendidik rakyat. Ini disebut ahung ada juga imam wanita diantara mereka. Imam-imam itu dididik diempat pusat pengajaran Islam yang besar setingkat universitas al-Azhar di Kairo. Pertama, di Turkestan Timur, di kota Kashgor yang bertindak yang bertindak sebagai pusat penyebaran kebudayaan Islam ke seluruh Cina. Kedua, di Ho Tcheu, di Khansu dimana mahasiswa datang dari penjuru China untuk mempelajari ilmu-ilmu keislaman. Ketiga, institute pendidikan tinggi, di Beijing dan keempat di kota Houai-King di Provinsi Honan yang mempunyai jumlah Muslim terbesar di antara provinsi-provinsi China.
Akhirnya sejak abad ke-19 sejumlah literatur Islam telah dihasilkan oleh Muslim dalam Bahasa China. Penulis Muslim pertama yaitu Liu Chih (1724) dengan risalah tentang kehidupan Nabi. Ia mengajak orang-orang Muslim untuk mengikuti kehidupan teladan Nabi jika ingin menjadi muslim yang baik. Selain itu ada  Wang Tai-Yu (w 1660) dan Yusuf Ma Chu (w 1711) yang menulis tentang keimanan dan filsafat  Islam. Selanjutnya Ma Te-shin menulis tentang hukum, filsafat dan sejarah muslim juga grametika Arab dan retotika. Ia juga sempat menerjemahakan makna Al-Quran ke dalambahasa China, tetapi ia meninggal sebelum menyelesaikan pekerjaannya. Pada pertengahan abad ke-20 seorang China muslim dapat menjadi imam yang terpercaya dan imam dalam bahasanya sendiri. Semua itu berubah selama Republik Rakayat Cina, terutama revolusi kebudayaan.
Setelah tahun 1911, muslim Cina membangun kembali kontak dengan dunia Muslim lainnya, mereka melakukan upaya perbaikan organisasi dan pendidikan dan membawa kembali masa muslim kepada garis ortodoks.[10] Yang paling menonjol, adalah pendirian Organisasi Muslim Cina Progesif di Beijing yang dipimpin oleh Al-Haj Ahound Wang Haonan yang aktivitasnya terpusat pada penyebaran pendidikan Islam, pengajaran bahasa Arab, dan  pembangunan masjid dan sekolah.
Pada 1938, suat organisasi baru Pan Cina Muslim didirikan dibawa pimpinan seorang jenderal angkatan darat muslim. Ia memimpin milisi muslim untuk mempertahankan negaranya dari serbuan Jepang. Organisasi ini juga menerjemahkan Al-Quran ke dalam bahasa Cina dan mengirim ratusan pelajar. Pada 1926 organisasi kebudayaan Muslim Cina dibentuk di Shanghai, dipimpin oleh al-Haj Jalaluddin Hat-Hshing. Peranan organisasi tersebut adalah untuk mengatur pendirian studi Al-Quran (tafsir) dan hadist nabi. Organisasi ini mendirikan banyak sekolah dan perpustakaan dan memberikan beasiswa kepada banyak mahasiswa.

4.      Tantangan Yang dihadapi Muslim
Pada abad ke-19 merupakan abad pemberontakan muslim terus-menerus melawan penindasan.[11] Sejak pembentukan rezim komunis pada 1948, masjid dan sekolah ditutup. Para imam dibunuh dan dipenjarakan. Struktur kekeluargaan muslim dihancurkan dan para anggotanya dibubarkan. Periode 1952-1968. Mirip dengan era Stalin di Uni Soviet, kelaparan buatan diciptakan, penduduk muslim dibubarkan, Masjid telah ditutup dan dirusak diganti dengan club, gudang, gedung bioskop, barak dll. Pengecualian  masjid di Kashgar dan di Tungzu yang terkenal di Beijing. Pengajaran agama mulai dibatasi, sekolah muslim ditutup dan kurikulumnya diganti indoktrinasi komunis, pemimpin muslim disiksa, poster-poster anti-islam dimana-mana, buku keagamaan disita dan juga dibakar.
Islam suku Uighur di Xinjiang mendapatkan perlakuan diskriminatif dari pemerintah. Sering terjadi konflik antara Uighur untuk menghilangkan identitas Muslim Uighur. Propinsi Xinjiang termasuk propinsi yang paling kaya (SDA). Uighur adalah peranakan dari Turki yang mempunyai budaya relatif berbeda. Uighur dijajah Cina sejak 1949. Uighur ingin merdeka dan menjadi negara Turkistan Timur. Konflik pemerintah dengan suku Uighur menjadikan hubungan Cina dan Turki memburuk. Demonstrasi muslim Uighur pada Juli 2009 berakhir dengan penangkapan ribuan muslim dan terbunuhnya ratusan Muslim Uighur (pihak Han juga mengklaim bahwa mayoritas yang terbunuh adalah dari pihak Han). Pemerintah Cina melarang umat Islam melaksanakan sholat jumat, demi keamanan umum pasca kerusuhan di Uighur. Pemerintah menekan Muslim Uighur dengan alasan antirakadikalisme/ terorisme dan juga dengan isu separatism. Saat ini Muslim Uighur adalah minoritas di tanahnaya sendiri. Ada banyak jenis sertifikasi halal yang membuat ragu Muslim Cina.
Beberapa organisasi Muslim di level nasional memperjuangkan hak-hak muslim seperti:
a.       Ternak babi dilarang didaerah mayoritas muslim
b.      Kuburan muslim terpisah
c.       Pendirian institusi untuk pernikahan muslim
d.      Sertifikasi makanan-makanan halal
Mulai banyak orang Cina yang studi Islam di negara-negara Muslim. Khususnya di Timur Tengan Muslim Cina juga mengadakan perjuangan via lembaga-lembaga internasional atas nama HAM.
Mahasiswa dan pegawai negeri sipil di kawasan berpenduduk muslim Cina, Xinjiang, diperintahkan untuk tidak mengikuti ibadah puasa selama bulan Ramadhan. Sebuah pengumuman yang dipasang di situs-situs pemerintahan, sekolah dan organisasi lokal menyebut larangan itu dibuat untuk melindungi kesehatan murid dan mahasiswa.[12]












C.    KESIMPULAN
Dalam suatu catatan dikatakan bahwa penyebaran Islam di Cina yang masuk melalui wilayah darat dan laut diawali pada abad 7 pada waktu dinasti tang berkuasa (618-907). Pada pertama kalinya, datanglah utusan Khalifah Utsman bin Affan (644-656) di Changan (yang kemudian disebut Xi’an) pada tahun 651. Sejak itu perdagangan Arab dan Persia lalu lalang ke Negeri Cina.
Komunitas muslim Cina bermula hampir bersamaan dengan datangnya Islam. Komunitas itu selama berabad-abad  berikunya melewati masa-masa silih berganti dalam perubahan-perubahan keberuntungan, dari kedudukan berwibawa dan  berkekuatan besar diseluruh negeri kepada periode-periode penganiayaan dan tekanan yang hebat. Selama revolusi kebudayaan mereka melewati periode sejarahnya yang paling buruk.
Di era modern seperti sekarang, Islam cukup berkembang dan mendapat ruang di Cina. Di kota-kota besar seperti Beijing dan Shanghai populasi umat Muslim pun turut berkembang. Demikian dengan masjid-masjid yang semakin ramai jamaah.  Selain sebagai tempat beribadah  ternyata masjid ini sebagai tempat wisata karena bangunannya yang indah dan berciri khas Negara Cina. Kemungkinan kecil pengaruh-pengaruh anti Islam juga masih ada tetapi muslim di Cina semakin meningkat karena perkembangannya yang cukup baik sampai sekarang meski sempat ada pembatasan.








DAFTAR PUSTAKA

Ensiklopedi Geografi: Asia Timur dan Afrika. Jakarta: PT Lentera Abadi. 2007.
Kettani, M. Ali. Minoritas Muslim di Dunia Dewasa Ini. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2005.
Mashad, Dhurorudin. Muslim di Cina. Jakarta: Pensil-324. 2006.

Website:
http://lintangsenja28.blogspot.com/2014/02/deskripsinegara-china-a_5.html https://senyumislam.wordpress.com/tag/cina/
http://www.academia.edu/6825632/paper_Sejarah_Peradaban_Islam_negeri_tirai_bambu
http://www.dw.de/cina-larang-muslim-uighur-berpuasa/a-17758906




[1] Kembang Pete, “Profil Lengkap Negara Cina”, dalam http://www.kembangpete.com/2014/08/25/profil-lengkap-negara-china/ (10 Mei 2015)
[2] Lintang Senja, “Deskripsi Negara Cina”, dalam http://lintangsenja28.blogspot.com/2014/02/deskripsinegara-china-a_5.html (10 Mei 2015)

[3] Ensiklopedi Geografi: Asia Timur dan Afrika, Jakarta: PT Lentera Abadi, 2007
[4] Kembang Pete, “Profil Lengkap Negara Cina”, dalam http://www.kembangpete.com/2014/08/25/profil-lengkap-negara-china/ (10 Mei 2015)
[5] Academia, “ Sejarah Peradaban Islam Negeri Tirai Bambu”, dalam http://www.academia.edu/6825632/paper_Sejarah_Peradaban_Islam_negeri_tirai_bambu (13 Mei 2015)
[6] Dhurorudin Mashad, Muslim di Cina, (Jakarta: Pensil-324, 2006), 4
[7] M. Ali Kettani, Minoritas Muslim di Dunia Dewasa Ini, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), 123
[9] Ibid,. M. Ali Kettani, 141-143
[10] Academia, “ Sejarah Peradaban Islam Negeri Tirai Bambu”, dalam http://www.academia.edu/6825632/paper_Sejarah_Peradaban_Islam_negeri_tirai_bambu (13 Mei 2015)
[11] www.dakwatuna.com (10 Mei 2015)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar