A.
PENDAHULUAN
Orang yang
melakukan historiografi (penulisan sejarah), sebelumnya harus menyadari bahwa
ia menghadapi pekerjaan yang berat yang menuntut pengorbanan dan kesabaran yang
panjang. Ia harus merekontruksi sebanyak-banyaknya dan analisa yang dalam.
Dalam hal ini sejarah sama dengan ilmu dan pengetahuan lainnya. Ilmu-ilmu
pengetahuan manusia saling berhubungan dan berkaitan satu sama lain. oleh
karena itu tidak mungkin satu ilmu tertentu dipelajari bebas berdiri sendiri
dengan benar-benar terpisah dari ilmu-ilmu atau pengetahuan lainnya. sebagai
contoh, orang yang mempelajari pemahaman Al-Quran tidak akan mampu tanpa
mengetahui dengan baik Bahasa Arab, ilmu-ilmu qiraat, fiqh, hadits, tasawuf,
sastra dan budaya Arab, sejarah dan geografi.
Demikian pula
studi sejarah, ia berhubungan erat dengan berbagai ilmu pengetahuan manusia.
Oleh karena itu seorang sejarawan harus luas pengetahuannya, mengetahui
ilmu-ilmu yang berhubungan dengan ilmu historiografi. Ilmu-ilmu yang diperlukan
bagi seorang sejarawan atau lainnya yang melakukan penelitian tertentu
diperlukan ilmu-ilmu bantu atau ilmu-ilmu penghubung. Dalam makalah ini akan
dibahas mengenai hubungan sejarah dengan ilmu-ilmu sosial khususnya ekonomi dan
psikologi.
B.
PENGERTIAN SEJARAH
Secara
etimologis istilah sejarah berasal dari Bahasa Arab Syajarah, berarti
pohon, silsilah atau asal-usul. Anehnya dalam dunia Islam, yang Bahasa
resminya adalah Bahasa Arab, istilah itu
tidak dipakai sebagai nama ilmu atau disiplin sejarah. Di Dunia Islam digunakan
istilah Tarikh.[1]
Pengertian
sejarah dalam Bahasa Indonesia adalah sama dengan History (Inggris),
Geschichte (Jerman) atau Geschiedenis (Belanda). Sama berarti
kurang lebih sama, sebab jumlah definisi yang memberikan arti kepada perkataan
sejarah, History dan sebagainya itu banyak sekali. Definisi-definisi
dalam beberapa Bahasa itu menunjukkan dengan tegas bahwa yang disebut sejarah
adalah tiga hal yang bulat. Pertama, yaitu kejadian-kejadian peristiwa
seluruhnya yang berhubungan dengan nyata didalam manusia sekitar kita. Kedua,
yaitu cerita yang tersusun secara sistematis (serba rapi-teratur) dari
kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa umum. Ketiga, yaitu ilmu yang
bertugas menyelidiki perkembangan Negara-negara, peristiwa-peristiwa dan
kejadian lampau.[2]
C.
PENGERTIAN
EKONOMI
Kata Ekonomi berasal dari kata Yunani oikos
yang berarti keluarga, rumah tangga dan nomos berarti peraturan,
aturan, hukum dan secara garis besar diartikan sebagai aturan rumah tangga atau
manajemen rumah tangga. Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia
dalam memilih dan menciptakan kemakmuran. Inti masalah ekonomi adalah adanya
ketidak seimbangan antara kebutuhan manusia yang tidak terbatas dengan alat
pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas. Permasalahan tersebut kemudian
menyebabkan timbulnya kelangkaan.[3]
D.
PENGERTIAN
PSIKOLOGI
Psikologi
dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku dan
proses mental.[4]
Menurut Verbeek, Psikologi adalah ilmu yang menyelidiki penghayatan dan
perbuatan manusia ditinjau dari fungsinya bagi subjek.[5] Dari definisi tersebut
tersirat bahwa objek Psikologi ialah pengahayat jiwa dan tingkah laku manusia.
Sedang ruang lingkup penghayatan jiwa ialah kognitif, efektif (emosi), dan
konatif (psikomotorik). Ruang lingkup tingkah laku manusia ada dalam
lingkungannya.
E.
SEJARAH
SEBAGAI ILMU SOSIAL
Seiring dengan
perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan sejarah sebagai sebuah disiplin ilmu
yang menunjukkan fungsinya yang sejajar dengan disiplin-disiplin lain bagi
kehidupan umat manusia kini dan masa yang akan datang.[6]
Perkembangan ilmu sejarah atau studi sejarah kritis sejak akhir perang dunia II
menunjukkan kecenderungan untuk mempergunakan pendekatan ilmu sosial. Rapproachement
atau proses saling mendekati antara ilmu sejarah dan ilmu-ilmu sosial
desebabkan oleh beberapa hal, antara lain:[7]
a. Sejarah
deskriptif-naratif sudah tidak memuaskan lagi untuk menjelaskan pelbagai
masalah atau gejala yang serba kompleks.
b. Pendekatan
multidimensional atau social scientific adalah yang paling tepat untuk
dipergunakan sebagai cara menggarap permasalahan atau gejala tersebut diatas.
c. Ilmu-ilmu
sosial telah mengalami perkembangan pesat, sehingga dapat menyediakan teori dan
konsep yang merupakan alat analisis yang relavan sekali untuk keperluan
analisis historis.
d. Lagi pula,
studi sejarah tidak terbatas pada pengkajian hal-hal informatif tentang apa,
siapa, kapan, dimana, dan bagaimana, tetapi juga ingin melacak pelbagai
struktut masyarakat, pola kelakuan, kecenderungan proses dalam pelbagai bidang
dan lain-lain. Kesemuanya itu menuntut adanya alat analitis yang tajam dan
mampu mengekstrapolasikan fakta, unsur, pola dan sebagainya.
Semua cabang ilmu sosial seperti politik,
ekonomi, sosiologi, antropologi, geografi, psikologi dan lainnya juga merupakan
ilmu bantu sejarah. hal itu disebabkan karena manusia sebagai makhluk sosial
dalam berbagai aspek kehidupannya tidak terlepas dari aspek-aspek lainnya.
bahkan dikalangan para ahli berbeda pendapat dalam menempatkan sejarah, apakah
termasuk ilmu sastra atau ilmu sosial. Oleh karena itu studi sejarah yang
komprehensip dan multidimensional memerlukan bantuan konsep-konsep ilmu-ilmu
sosial untuk menjelaskan suatu gajala sejarah (social scientific approach).
Berdasarkan kenyataan ini, sebagian sejarawan tidak ragu lagi meenempatkan
sejarah dalam kelompok-kelompok ilmu sosial.[8]
F.
SINKRONIS DAN
DIAKRONIS
Untuk
melukiskan sebuah sistem sosial dari suatu kurun sejarah, seperti misalnya
tulisan March Bloch mengenai Feodalisme Eropa, model sangat penting. Sekarang
bisa dibedakan antara model yang bersifat sinkronis dan diakronis. Dalam sebuah
model yang sikronis masyarakat digambarkan sebagai sebuah sistem yang terdiri
dari struktur dan bagiannya. Pendekatan struktural dan fungsional dalam
ilmu-ilmu sosial menyarankan pada model sinkronis yang melihat potret
masyarakat dalam keadaan statis, dalam keadaan waktu nol.
Sebuah model
sinkronis lebih mengutamakan lukisan yang meluas dalam ruang dengan tidak
memikirkan terlalu banyak mengenai dimensi waktunya. Sebaliknya model yang
diakronis lebih mengutamakan memanjangnya lukisan yang berdimensi waktu dengan
sedikit saja luas ruangan.[9] Model sinkronis kebanyakan
digunakan oleh ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, politik, ekonomi,
antropologi dan juga arkeologi, sedangkan model diakronis digunakan oleh ilmu
sejarah.
Sinkronisasi | ||
Sinkronisasi | ||
Diakronisasi | Diakronisasi | Diakronisasi |
Gambar:
Hubungan Ilmu Sosial Sinkronis dan Diakronis
Berdasarkan
bagan diatas, diketahui bahwa dalam penulisan Sejarah membutuhkan dua
pendekatan yang terdiri dari pendekatan sinkronis dan pendekatan diakronis.
Dimana, perspektif dikronislah yang mampu mengungkapkan asal mula serta seluruh
proses perkembangan objek pengkajian sejarah dengan menelisik pada tahun-tahun
kejadiannya. Perbedaan antara keduanya dapat dijelaskan, yangmana pada
sinkronis memperlihatkan atau mengedepankan gejala-gejala yang ditimbulkan
akibat peristiwa atau kejadian (yang dapat ditarik garis horizontal), sedangkan
yang diakronis mengungkapkan atau mengedepankan waktu tertentu yang hanya satu
kali terjadi (dapat dikiaskan sebagai garis vertikal).
G.
HUBUNGAN SEJARAH DENGAN EKONOMI
Salah satu kebutuhan dasar (basic human need) manusia ialah
memenuhi kebutuhan hidupnya, yang dalam perkembangan sejarahnya terus
meningkat. Dalam rangka itulah kemudian melahirkan kegiatan tukar-menukar
sebagai awal kegiatan perdagangan. Pertukaran barang-barang kebutuhan tersebut
secara lokal, regional, dan bahkan kemudian merajut hubungan dengan berantai
secara internasional sesuai kemajuan interaksi bangsa yang bersangkutan dengan
masyarakat atau bangsa lainnya.
Sejarah
sosial mempunyai bahan garapan yang sangat luas dan beraneka ragam. Kebanyakan
sejarah sosial juga mempunyai hubungan yang erat dengan sejarah ekonomi, sehingga
menjadi semacam sejarah sosial-ekonomi. Tulisan Marc Bloch, French Rural
History, misalnya, bukan semata-mata sejarah dari petani, tetapi juga
masyarakat desa dalam arti sosial-ekonomi. Tradisi tulisan semacam ini, yang
menjadikan masyarakat secara keseluruhan sebagai bahan garapan, hanyalah salah satu
macam saja dari sejarah sosial.[10]
Ilmu ekonomi
merupakan ilmu bantu yang dapat menunjang penelitian sejarah. Faktor ekonomi
mempunyai pengaruh efektif dalam perjalanan sejarah. Kekayaan alam suatu Negara
dapat menetukan jenis pertanian, industri, jenis perdagangan dan sejauh mana
aktivitas-aktivitasnya. Ilmu ekonomi, meneliti mengenai masalah pembagian
barang-barang langka serta kemungkinan-kemungkinan tak terbatas dan saling
mengesampingkan dalam mempergunakannya. Ekonomi adalah ilmu sosial yang
meneliti bagaimana manusia memuaskan kebutuhan akan keinginan materialnya sambil
memperhatikan sarana-sarana yang dapat mereka
pergunakan untuk memaksa mereka mengadakan suatu pilihan. Barang-barang mana dengan
harga berapa, di produksi dan bagaimana cara penyebarannya. pertanyaan inilah yang
menarik perhatian seorang ekonomi. sudah jelaslah apa ini artinya bagi pengkajian
sejarah ekonomi.[11]
H.
HUBUNGAN SEJARAH DENGAN PSIKOLOGI
Pengkajian
sejarah menekuni kelakuan manusia pada masa silam. Cara manusia itu berkelakuan,
untuk bagian besar, diteliti oleh para ahli psikologi. Maka dari itu dapat
diduga bahwa pengetahuan psikologi berguna bagi seorang peneliti sejarah.
Adapun arti psikologi bagi pengkajian sejarah bercabang dua, pengetahuan
psikologis dapat membantu untuk memahami kelakuan dan citarasa kelompok-kelompok
orang dengan lebih baik. Kedua ilmu psikologi dapat membantu sejarawan untuk menerangkan
kelakuan orang-perorangan pada masa silam.[12]
Dalam cerita
sejarah aktor mendapat sorotan yang kuat, baik sebagai individu maupun sebagai
partisipan dalam kelompok. Aktor dalam kelompok menunjukkan kelakuan kolektif,
suatu gejala yang menjadi objek khusus studi psikologi sosial. Dalam berbagai
peristiwa sejarah kelakuan kolektif sangat mencolok, antara lain ketika ada
huru-hara, massa mengamuk (mob). Lebih-lebih dalam massa pergolakan
penuh kekacauan, rakyat kebanyakan bertindak dalam gerombolan (crowd),
penuh emosionalitas sehingga sangat tegang diliputi semangat radikal serta
cenderung akan kekerasan (violence).[13]
Didalam gerakan gerakan modernisasi
pemimpin dapat pula berperan sebagai change agent atau change catalyst.
Dalam gejala sejarah gerakan sosial pendekatan psikologi sosial sangatlah
relavan oleh karena itu pada hakikatnya gejala itu adalah manifestasi konkret
dari kelakuan kolektif rakyat. Maka dapat dianalisis unsur-unsur atau faktor-faktornya
antara lain sebagai berikut:
1.
Kepemimpinan
2.
Mobilisasi
3.
Ideologi
4.
Organisasi
5.
Kondisi
Sosial
I.
KESIMPULAN
Sejarah berasal dari kata Bahasa Arab syajarah yang berarti
pohon, silsilah atau asal usul. Sedangkan menurut Bahasa yang lain yaitu History (Inggris),
Geschichte (Jerman) atau Geschiedenis (Belanda). Sejarah merupakan
suatu peristiwa atau kejadian yang benar-benar terjadi pada masa lampau yang
dialami oleh manusia, dimana dalam penulisannya harus memenuhi persyaratan.
Sejarah itu bersifat unik artinya hanya sekali terjadi sehingga dalam
penulisannya harus sistematis dan universal.
Sejarah itu merupakan ilmu sosial. Semua
cabang ilmu sosial bisa menjadi ilmu bantu sejarah. Hal itu terjadi karena
mereka sama-sama memiliki objek yang sama yaitu manusia. Dalam penulisan
Sejarah dibutuhkan dua pendekatan yaitu pendekatan Sinkronis dan Diakronis.
Model sinkronis lebih mengutamakan lukisan yang meluas dalam ruang dengan tidak
memikirkan terlalu banyak mengenai dimensi waktunya. Sebaliknya model yang
diakronis lebih mengutamakan memanjangnya lukisan yang berdimensi waktu dengan
sedikit saja luas ruangan. Model sinkronis kebanyakan digunakan oleh ilmu-ilmu
sosial seperti sosiologi, politik, ekonomi, antropologi dan juga arkeologi,
sedangkan model diakronis digunakan oleh ilmu sejarah. Perbedaan antara keduanya dapat dijelaskan, yangmana pada
sinkronis memperlihatkan atau mengedepankan gejala-gejala yang ditimbulkan
akibat peristiwa atau kejadian (yang dapat ditarik garis horizontal), sedangkan
yang diakronis mengungkapkan atau mengedepankan waktu tertentu yang hanya satu
kali terjadi (dapat dikiaskan sebagai garis vertikal).
Ekonomi
merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang perilaku manusia untuk
memenuhi kebutuhannya, memilih dan menciptakan kemakmuran. Sedangkan Psikologi
merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang penghayatan terhadap
kelakuan manusia. Antara ekonomi dan psikologi sangat erat hubungannya dengan
sejarah. Ilmu ekonomi merupakan ilmu bantu yang dapat menunjang penelitian
sejarah. Hal ini dapat dilihat dari faktor ekonomi mempunyai pengaruh efektif
dalam perjalanan sejarah. Sedangkan hubungan sejarah dengan psikologi terletak
pada pengkajian sejarah yang bercabang menjadi dua, yaitu pengetahuan
psikologis dapat membantu untuk memahami kelakuan dan citarasa
kelompok-kelompok orang dengan lebih baik. Kedua ilmu psikologi dapat membantu
sejarawan untuk menerangkan kelakuan orang-perorangan pada masa silam.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdurrahman, Dudung. Metode Penelitian Sejarah. Jakarta:
Logos Wacana Ilmu. 1999.
Ali, R. Moh. Pengantar Ilmu
Sejarah Indonesia. Bandung: Bintang. 1961.
Dakir. Dasar-dasar Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 1993.
Kartodirjo, Sartono.
Pendekatan Ilmu-ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama. 1993.
Kasdi, Aminuddin. Memahami Sejarah. Surabaya: UNESA University Press. 2011.
Kusuma,Widjaja. Pengantar
Psikologi: Edisi kesebelas Jilid 1. Batam: Interaksara
Kuntowijoyo. Metodologi Sejarah.
Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya. 2003.
R. Ankersmit F.
Refleksi tentang sejarah: pendapat-pendapat modern tentang filsafat sejarah.
Jakarta: Gramedia. 1987.
Website:
http://id.m.wikipedia.org/wiki/ilmu-ekonomi
[1] Aminuddin Kasdi, Memahami Sejarah, (Surabaya: UNESA
University Press, 2011), 1
[2] R. Moh. Ali, Pengantar
Ilmu Sejarah Indonesia, (Bandung: Bintang, 1961), 11-12
[3] http://id.m.wikipedia.org/wiki/ilmu-ekonomi
[4] Widjaja Kusuma, Pengantar Psikologi: Edisi kesebelas Jilid 1,
(Batam: Interaksara), 15
[5] Dakir, Dasar-dasar Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1993), 6
[6] Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, (Jakarta:
Logos Wacana Ilmu, 1999), 18
[7] Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu-ilmu Sosial dalam
Metodologi Sejarah, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993), 120
[8] Ibid,. Aminuddin Kasdi, 64
[9] Ibid,. Kuntowijoyo, 43
[10] Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Tiara Wacana
Yogya, 2003),39
[11] Ankersmit F.R., Refleksi tentang sejarah:
pendapat-pendapat modern tentang filsafat sjarah, (Jakarta: gramedia,
1987), 280-281
[12] Ibid,. Ankersmit F.R. 256
[13] Ibid,. Sartono Kartodirjo, 139
Tidak ada komentar:
Posting Komentar