Senin, 20 Maret 2017

HUBUNGAN SEJARAH DENGAN EKONOMI DAN HUBUNGAN SEJARAH DENGAN PSIKOLOGI



A.    PENDAHULUAN
Orang yang melakukan historiografi (penulisan sejarah), sebelumnya harus menyadari bahwa ia menghadapi pekerjaan yang berat yang menuntut pengorbanan dan kesabaran yang panjang. Ia harus merekontruksi sebanyak-banyaknya dan analisa yang dalam. Dalam hal ini sejarah sama dengan ilmu dan pengetahuan lainnya. Ilmu-ilmu pengetahuan manusia saling berhubungan dan berkaitan satu sama lain. oleh karena itu tidak mungkin satu ilmu tertentu dipelajari bebas berdiri sendiri dengan benar-benar terpisah dari ilmu-ilmu atau pengetahuan lainnya. sebagai contoh, orang yang mempelajari pemahaman Al-Quran tidak akan mampu tanpa mengetahui dengan baik Bahasa Arab, ilmu-ilmu qiraat, fiqh, hadits, tasawuf, sastra dan budaya Arab, sejarah dan geografi.
Demikian pula studi sejarah, ia berhubungan erat dengan berbagai ilmu pengetahuan manusia. Oleh karena itu seorang sejarawan harus luas pengetahuannya, mengetahui ilmu-ilmu yang berhubungan dengan ilmu historiografi. Ilmu-ilmu yang diperlukan bagi seorang sejarawan atau lainnya yang melakukan penelitian tertentu diperlukan ilmu-ilmu bantu atau ilmu-ilmu penghubung. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai hubungan sejarah dengan ilmu-ilmu sosial khususnya ekonomi dan psikologi.
 
 B.     PENGERTIAN SEJARAH
Secara etimologis istilah sejarah berasal dari Bahasa Arab Syajarah, berarti pohon, silsilah atau asal-usul. Anehnya dalam dunia Islam, yang Bahasa resminya  adalah Bahasa Arab, istilah itu tidak dipakai sebagai nama ilmu atau disiplin sejarah. Di Dunia Islam digunakan istilah Tarikh.[1]
Pengertian sejarah dalam Bahasa Indonesia adalah sama dengan History (Inggris), Geschichte (Jerman) atau Geschiedenis (Belanda). Sama berarti kurang lebih sama, sebab jumlah definisi yang memberikan arti kepada perkataan sejarah, History dan sebagainya itu banyak sekali. Definisi-definisi dalam beberapa Bahasa itu menunjukkan dengan tegas bahwa yang disebut sejarah adalah tiga hal yang bulat. Pertama, yaitu kejadian-kejadian peristiwa seluruhnya yang berhubungan dengan nyata didalam manusia sekitar kita. Kedua, yaitu cerita yang tersusun secara sistematis (serba rapi-teratur) dari kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa umum. Ketiga, yaitu ilmu yang bertugas menyelidiki perkembangan Negara-negara, peristiwa-peristiwa dan kejadian lampau.[2]

C.    PENGERTIAN EKONOMI
Kata Ekonomi berasal dari kata Yunani oikos yang berarti keluarga, rumah tangga dan nomos berarti peraturan, aturan, hukum dan secara garis besar diartikan sebagai aturan rumah tangga atau manajemen rumah tangga. Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih dan menciptakan kemakmuran. Inti masalah ekonomi adalah adanya ketidak seimbangan antara kebutuhan manusia yang tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas. Permasalahan tersebut kemudian menyebabkan timbulnya kelangkaan.[3]

D.    PENGERTIAN PSIKOLOGI
Psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku dan proses mental.[4] Menurut Verbeek, Psikologi adalah ilmu yang menyelidiki penghayatan dan perbuatan manusia ditinjau dari fungsinya bagi subjek.[5] Dari definisi tersebut tersirat bahwa objek Psikologi ialah pengahayat jiwa dan tingkah laku manusia. Sedang ruang lingkup penghayatan jiwa ialah kognitif, efektif (emosi), dan konatif (psikomotorik). Ruang lingkup tingkah laku manusia ada dalam lingkungannya.

E.     SEJARAH SEBAGAI ILMU SOSIAL
Seiring dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan sejarah sebagai sebuah disiplin ilmu yang menunjukkan fungsinya yang sejajar dengan disiplin-disiplin lain bagi kehidupan umat manusia kini dan masa yang akan datang.[6] Perkembangan ilmu sejarah atau studi sejarah kritis sejak akhir perang dunia II menunjukkan kecenderungan untuk mempergunakan pendekatan ilmu sosial. Rapproachement atau proses saling mendekati antara ilmu sejarah dan ilmu-ilmu sosial desebabkan oleh beberapa hal, antara lain:[7]
a.       Sejarah deskriptif-naratif sudah tidak memuaskan lagi untuk menjelaskan pelbagai masalah atau gejala yang serba kompleks.
b.      Pendekatan multidimensional atau social scientific adalah yang paling tepat untuk dipergunakan sebagai cara menggarap permasalahan atau gejala tersebut diatas.
c.       Ilmu-ilmu sosial telah mengalami perkembangan pesat, sehingga dapat menyediakan teori dan konsep yang merupakan alat analisis yang relavan sekali untuk keperluan analisis historis.
d.      Lagi pula, studi sejarah tidak terbatas pada pengkajian hal-hal informatif tentang apa, siapa, kapan, dimana, dan bagaimana, tetapi juga ingin melacak pelbagai struktut masyarakat, pola kelakuan, kecenderungan proses dalam pelbagai bidang dan lain-lain. Kesemuanya itu menuntut adanya alat analitis yang tajam dan mampu mengekstrapolasikan fakta, unsur, pola dan sebagainya.
Semua cabang ilmu sosial seperti politik, ekonomi, sosiologi, antropologi, geografi, psikologi dan lainnya juga merupakan ilmu bantu sejarah. hal itu disebabkan karena manusia sebagai makhluk sosial dalam berbagai aspek kehidupannya tidak terlepas dari aspek-aspek lainnya. bahkan dikalangan para ahli berbeda pendapat dalam menempatkan sejarah, apakah termasuk ilmu sastra atau ilmu sosial. Oleh karena itu studi sejarah yang komprehensip dan multidimensional memerlukan bantuan konsep-konsep ilmu-ilmu sosial untuk menjelaskan suatu gajala sejarah (social scientific approach). Berdasarkan kenyataan ini, sebagian sejarawan tidak ragu lagi meenempatkan sejarah dalam kelompok-kelompok ilmu sosial.[8]

F.     SINKRONIS DAN DIAKRONIS
Untuk melukiskan sebuah sistem sosial dari suatu kurun sejarah, seperti misalnya tulisan March Bloch mengenai Feodalisme Eropa, model sangat penting. Sekarang bisa dibedakan antara model yang bersifat sinkronis dan diakronis. Dalam sebuah model yang sikronis masyarakat digambarkan sebagai sebuah sistem yang terdiri dari struktur dan bagiannya. Pendekatan struktural dan fungsional dalam ilmu-ilmu sosial menyarankan pada model sinkronis yang melihat potret masyarakat dalam keadaan statis, dalam keadaan waktu nol.
Sebuah model sinkronis lebih mengutamakan lukisan yang meluas dalam ruang dengan tidak memikirkan terlalu banyak mengenai dimensi waktunya. Sebaliknya model yang diakronis lebih mengutamakan memanjangnya lukisan yang berdimensi waktu dengan sedikit saja luas ruangan.[9] Model sinkronis kebanyakan digunakan oleh ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, politik, ekonomi, antropologi dan juga arkeologi, sedangkan model diakronis digunakan oleh ilmu sejarah.



Sinkronisasi

Sinkronisasi

Diakronisasi DiakronisasiDiakronisasi
                                                    
 Gambar: Hubungan Ilmu Sosial Sinkronis dan Diakronis

Berdasarkan bagan diatas, diketahui bahwa dalam penulisan Sejarah membutuhkan dua pendekatan yang terdiri dari pendekatan sinkronis dan pendekatan diakronis. Dimana, perspektif dikronislah yang mampu mengungkapkan asal mula serta seluruh proses perkembangan objek pengkajian sejarah dengan menelisik pada tahun-tahun kejadiannya. Perbedaan antara keduanya dapat dijelaskan, yangmana pada sinkronis memperlihatkan atau mengedepankan gejala-gejala yang ditimbulkan akibat peristiwa atau kejadian (yang dapat ditarik garis horizontal), sedangkan yang diakronis mengungkapkan atau mengedepankan waktu tertentu yang hanya satu kali terjadi (dapat dikiaskan sebagai garis vertikal).

G.    HUBUNGAN SEJARAH DENGAN EKONOMI
Salah satu kebutuhan dasar (basic human need) manusia ialah memenuhi kebutuhan hidupnya, yang dalam perkembangan sejarahnya terus meningkat. Dalam rangka itulah kemudian melahirkan kegiatan tukar-menukar sebagai awal kegiatan perdagangan. Pertukaran barang-barang kebutuhan tersebut secara lokal, regional, dan bahkan kemudian merajut hubungan dengan berantai secara internasional sesuai kemajuan interaksi bangsa yang bersangkutan dengan masyarakat atau bangsa lainnya.
Sejarah sosial mempunyai bahan garapan yang sangat luas dan beraneka ragam. Kebanyakan sejarah sosial juga mempunyai hubungan yang erat dengan sejarah ekonomi, sehingga menjadi semacam sejarah sosial-ekonomi. Tulisan Marc Bloch, French Rural History, misalnya, bukan semata-mata sejarah dari petani, tetapi juga masyarakat desa dalam arti sosial-ekonomi. Tradisi tulisan semacam ini, yang menjadikan masyarakat secara keseluruhan sebagai bahan garapan, hanyalah salah satu macam saja dari sejarah sosial.[10]
Ilmu ekonomi merupakan ilmu bantu yang dapat menunjang penelitian sejarah. Faktor ekonomi mempunyai pengaruh efektif dalam perjalanan sejarah. Kekayaan alam suatu Negara dapat menetukan jenis pertanian, industri, jenis perdagangan dan sejauh mana aktivitas-aktivitasnya. Ilmu ekonomi, meneliti mengenai masalah pembagian barang-barang langka serta kemungkinan-kemungkinan tak terbatas dan saling mengesampingkan dalam mempergunakannya. Ekonomi adalah ilmu sosial yang meneliti bagaimana manusia memuaskan kebutuhan akan keinginan materialnya sambil memperhatikan  sarana-sarana yang dapat mereka pergunakan untuk memaksa mereka mengadakan suatu pilihan. Barang-barang mana dengan harga berapa, di produksi dan bagaimana cara penyebarannya. pertanyaan inilah yang menarik perhatian seorang ekonomi. sudah jelaslah apa ini artinya bagi pengkajian sejarah ekonomi.[11]

H.    HUBUNGAN SEJARAH DENGAN PSIKOLOGI
Pengkajian sejarah menekuni kelakuan manusia pada masa silam. Cara manusia itu berkelakuan, untuk bagian besar, diteliti oleh para ahli psikologi. Maka dari itu dapat diduga bahwa pengetahuan psikologi berguna bagi seorang peneliti sejarah. Adapun arti psikologi bagi pengkajian sejarah bercabang dua, pengetahuan psikologis dapat membantu untuk memahami kelakuan dan citarasa kelompok-kelompok orang dengan lebih baik. Kedua ilmu psikologi dapat membantu sejarawan untuk menerangkan kelakuan orang-perorangan pada masa silam.[12]
Dalam cerita sejarah aktor mendapat sorotan yang kuat, baik sebagai individu maupun sebagai partisipan dalam kelompok. Aktor dalam kelompok menunjukkan kelakuan kolektif, suatu gejala yang menjadi objek khusus studi psikologi sosial. Dalam berbagai peristiwa sejarah kelakuan kolektif sangat mencolok, antara lain ketika ada huru-hara, massa mengamuk (mob). Lebih-lebih dalam massa pergolakan penuh kekacauan, rakyat kebanyakan bertindak dalam gerombolan (crowd), penuh emosionalitas sehingga sangat tegang diliputi semangat radikal serta cenderung akan kekerasan (violence).[13]
Didalam gerakan gerakan modernisasi pemimpin dapat pula berperan sebagai change agent atau change catalyst. Dalam gejala sejarah gerakan sosial pendekatan psikologi sosial sangatlah relavan oleh karena itu pada hakikatnya gejala itu adalah manifestasi konkret dari kelakuan kolektif rakyat. Maka dapat dianalisis unsur-unsur atau faktor-faktornya antara lain sebagai berikut:
1.      Kepemimpinan
2.      Mobilisasi
3.      Ideologi
4.      Organisasi
5.      Kondisi Sosial 

I.       KESIMPULAN
Sejarah berasal dari kata Bahasa Arab syajarah yang berarti pohon, silsilah atau asal usul. Sedangkan menurut Bahasa yang lain yaitu History (Inggris), Geschichte (Jerman) atau Geschiedenis (Belanda). Sejarah merupakan suatu peristiwa atau kejadian yang benar-benar terjadi pada masa lampau yang dialami oleh manusia, dimana dalam penulisannya harus memenuhi persyaratan. Sejarah itu bersifat unik artinya hanya sekali terjadi sehingga dalam penulisannya harus sistematis dan universal.
Sejarah itu merupakan ilmu sosial. Semua cabang ilmu sosial bisa menjadi ilmu bantu sejarah. Hal itu terjadi karena mereka sama-sama memiliki objek yang sama yaitu manusia. Dalam penulisan Sejarah dibutuhkan dua pendekatan yaitu pendekatan Sinkronis dan Diakronis. Model sinkronis lebih mengutamakan lukisan yang meluas dalam ruang dengan tidak memikirkan terlalu banyak mengenai dimensi waktunya. Sebaliknya model yang diakronis lebih mengutamakan memanjangnya lukisan yang berdimensi waktu dengan sedikit saja luas ruangan. Model sinkronis kebanyakan digunakan oleh ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, politik, ekonomi, antropologi dan juga arkeologi, sedangkan model diakronis digunakan oleh ilmu sejarah. Perbedaan antara keduanya dapat dijelaskan, yangmana pada sinkronis memperlihatkan atau mengedepankan gejala-gejala yang ditimbulkan akibat peristiwa atau kejadian (yang dapat ditarik garis horizontal), sedangkan yang diakronis mengungkapkan atau mengedepankan waktu tertentu yang hanya satu kali terjadi (dapat dikiaskan sebagai garis vertikal).
Ekonomi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang perilaku manusia untuk memenuhi kebutuhannya, memilih dan menciptakan kemakmuran. Sedangkan Psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang penghayatan terhadap kelakuan manusia. Antara ekonomi dan psikologi sangat erat hubungannya dengan sejarah. Ilmu ekonomi merupakan ilmu bantu yang dapat menunjang penelitian sejarah. Hal ini dapat dilihat dari faktor ekonomi mempunyai pengaruh efektif dalam perjalanan sejarah. Sedangkan hubungan sejarah dengan psikologi terletak pada pengkajian sejarah yang bercabang menjadi dua, yaitu pengetahuan psikologis dapat membantu untuk memahami kelakuan dan citarasa kelompok-kelompok orang dengan lebih baik. Kedua ilmu psikologi dapat membantu sejarawan untuk menerangkan kelakuan orang-perorangan pada masa silam.
 

DAFTAR PUSTAKA



Abdurrahman, Dudung. Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. 1999.
Ali, R. Moh. Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia. Bandung: Bintang. 1961.
Dakir. Dasar-dasar Psikologi.  Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 1993.
Kartodirjo, Sartono. Pendekatan Ilmu-ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 1993.
Kasdi, Aminuddin. Memahami Sejarah.  Surabaya: UNESA University Press. 2011.
Kusuma,Widjaja. Pengantar Psikologi: Edisi kesebelas Jilid 1. Batam: Interaksara
Kuntowijoyo. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya. 2003.
R. Ankersmit F. Refleksi tentang sejarah: pendapat-pendapat modern tentang filsafat sejarah. Jakarta: Gramedia. 1987.
Website:
http://id.m.wikipedia.org/wiki/ilmu-ekonomi



[1] Aminuddin Kasdi, Memahami Sejarah, (Surabaya: UNESA University Press, 2011), 1
[2]  R. Moh. Ali, Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia, (Bandung: Bintang, 1961), 11-12
[3]  http://id.m.wikipedia.org/wiki/ilmu-ekonomi
[4] Widjaja Kusuma, Pengantar Psikologi: Edisi kesebelas Jilid 1, (Batam: Interaksara), 15
[5] Dakir, Dasar-dasar Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1993), 6
[6] Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), 18
[7] Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu-ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993), 120
[8] Ibid,. Aminuddin Kasdi, 64
[9] Ibid,. Kuntowijoyo, 43
[10] Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2003),39
[11] Ankersmit F.R., Refleksi tentang sejarah: pendapat-pendapat modern tentang filsafat sjarah, (Jakarta: gramedia, 1987), 280-281


[12] Ibid,. Ankersmit F.R. 256
[13] Ibid,. Sartono Kartodirjo, 139

Tidak ada komentar:

Posting Komentar