Senin, 20 Maret 2017

HUBUNGAN SEJARAH DENGAN POLITIK



A.    PENDAHULUAN
Sejarah bukan semata-mata rangkaian fakta belaka, tetapi sejarah adalah sebuah cerita.  Penyusun cerita sejarah adalah seorang manusia yang ikut serta dalam sejarah. Ia bukan seorang penonton yang berdiri di luar gelanggang, ia bukan seorang ahli penyelisihan yang sedang mengawasi suatu percobaan kimia. Penyusun sendiri ikut memainkan peranan di panggung peristiwa, ia adalah juga pemeran dalam sejarah. Secara tidak langsung ia ikut membentuk sejarah sebagai pegawai, sebagai pedagang, sebagai petani dan sebagainya.
Ilmu sejarah termasuk ilmu-ilmu empiris (bahasa Yunani empeiria berarti pengalaman).[1] Sejarah sangat tergantung pada pengalaman itu direkam dalam dokumen. Dokumen-dokumen itulah yang akan diteliti sejarawan untuk menemukan fakta. Fakta-fakta itulah yang di interpretasi. Dari interpretasi atas fakta-fakta barulah muncul tulisan sejarah.
Bagi sarjana ilmu sosial, sejarah adalah sejarah sosial, tanpa mempersoalkan apakah para sejarawan menggolongkannya sebagai sejarah sosial, sejarah politik, sejarah ekonomi, sejarah agama atau sejarah suatu bidang lainnya.[2] oleh karena itu tidak semata-mata ditujukan pada masa lalu, dengan cara sebagaimana akan dilakukan oleh sarjana ilmu sosial. Lebih tepat kalau kita katakan, bahwa sedang muncul suatu metode baru untuk mempelajari sejarah bermacam bidang yang bertujuan untuk memenuhi kriteria-kriteria ilmu sosial dan yang memberikan atau akan dapat memberikan bukti-bukti untuk menjelaskan tugas seorang ahli sosiologi, seorang ahli antropologi, seorang ahli psikologi kemasyarakatan, dan seterusnya. Seorang sejarawan yang yang bekerja dengan cara ini mempergunakan teori-teori, kategori-kategori, dan teknik-teknik seorang sarjana sosial, yang pekerjaannya dicoba untuk disamainya. Seorang sarjana sosial apabila ia menoleh ke masa lampau untuk mencari bukti-bukti mencoba untuk menguasai pandangan dan metode seorang sejarawan. Dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai sejarah sebagai ilmu Sosial yang mana memiliki hubungan dengan politik.
  
B.     DEFINISI SEJARAH DAN POLITIK
Pengertian sejarah dalam Bahasa Indonesia adalah sama dengan History (Inggris), Geschichte (Jerman) atau Geschiedenis (Belanda). Sama berarti kurang lebih sama, sebab jumlah definisi yang memberikan arti kepada perkataan sejarah, History dan sebagainya itu banyak sekali. Definisi-definisi dalam beberapa Bahasa itu menunjukkan dengan tegas bahwa yang disebut sejarah adalah tiga hal yang bulat. Pertama, yaitu kejadian-kejadian peristiwa seluruhnya yang berhubungan dengan nyata didalam manusia sekitar kita. Kedua, yaitu cerita yang tersusun secara sistematis (serba rapi-teratur) dari kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa umum. Ketiga, yaitu ilmu yang bertugas menyelidiki perkembangan Negara-negara, peristiwa-peristiwa dan kejadian lampau.[3]
Kata politik berasal dari Bahasa Yunani yaitu Polis yang berarti kota/ Negara dan teta berati urusan. Politik ini dapat berarti dari, untuk atau yang berkaitan dengan warga Negara, adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam Negara. Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik. Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun nonkonstitusional.[4]
Disamping itu politik juga dapat ditilik dari sudut pandang berbeda, antara lain sebagai berikut:
1.      Politik adalah usaha yang ditempuh warga Negara untuk mewujudkan kebaikan bersama (teori klasik Aristoteles)
2.      Politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan Negara
3.      Politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan kekuasaan di masyarakat
4.      Politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik
 
C.    SEJARAH SEBAGAI ILMU SOSIAL
Setiap gejala sejarah yang memanifestasikan kehidupan sosial suatu komunitas atau kelompok, dapat disebut sejarah sosial. Adapun manifestasi kehidupan sosial beraneka ragam, seperti kehidupan keluarga beserta pendidikannya gaya hidup yang meliputi pakaian, perumahan, makanan, perawatan kesehatan, segala macam bentuk rekreasi, seperti permainan, kesenian, olahraga, peralatan, upacara dan lain sebagainya. Dengan demikian ruang lingkup sejarah sosial sangat luas oleh karena hampir segala aspek kehidupan mempunyai dimensi sosialnya.[5]
Semua cabang ilmu sosial seperti politik, ekonomi, sosiologi, antropologi, geografi, psikologi dan lainnya juga merupakan ilmu bantu sejarah. hal itu disebabkan karena manusia sebagai makhluk sosial dalam berbagai aspek kehidupannya tidak terlepas dari aspek-aspek lainnya. bahkan dikalangan para ahli berbeda pendapat dalam menempatkan sejarah, apakah termasuk ilmu sastra atau ilmu sosial. Oleh karena itu studi sejarah yang komprehensip dan multidimensional memerlukan bantuan konsep-konsep ilmu-ilmu sosial untuk menjelaskan suatu gajala sejarah (social scientific approach). Berdasarkan kenyataan ini, sebagian sejarawan tidak ragu lagi meenempatkan sejarah dalam kelompok-kelompok ilmu sosial.[6]
Rapproachement atau proses saling mendekati antara ilmu sejarah dan ilmu-ilmu social desebabkan oleh beberapa hal, antara lain:[7]
a.       Sejarah deskriptif-naratif sudah tidak memuaskan lagi untuk menjelaskan pelbagai masalah atau gejala yang serba kompleks.
b.      Pendekatan multidimensional atau social scientific adalah yang paling tepat untuk dipergunakan sebagai cara menggarap permasalahan atau gejala tersebut diatas.
c.       Ilmu-ilmu sosial telah mengalami perkembangan pesat, sehingga dapat menyediakan teori dan konsep yang merupakan alat analisis yang relavan sekali untuk keperluan analisis historis.
d.      Lagi pula, studi sejarah tidak terbatas pada pengkajian hal-hal informatif tentang apa, siapa, kapan, dimana, dan bagaimana, tetapi juga ingin melacak pelbagai struktut masyarakat, pola kelakuan, kecenderungan proses dalam pelbagai bidang dan lain-lain. Kesemuanya itu menuntut adanya alat analitis yang tajam dan mampu mengekstrapolasikan fakta, unsur, pola dan sebagainya.

D.    TUJUAN PENULISAN SEJARAH
Sebagian besar, sejarawan tidak mempermasalahkan definisi sejarah. Mereka hanya meneliti, menulis tentang sejarah kemudian mengajarkannya. Sekalipun demikian, dilihat dari penulisannya dan permasalahan-permasalahan dasar yang diajukan, orang mendapat kesan mengenai apa yang mereka anggap sebagai sejarah. Bila untuk sementara dikesampingkan sikap menganggap sejarah bukan semata-mata suatu gambaran mengenai masa lampau, tetapi suatu cermin masa depan, maka orang dapat membedakan tiga jenis penulisan sejarah, antara lain sebagai berikut:
1.      Sejarah Ideologis
Titik tolak yang paling penting dalam jenis sejarah macam ini adalah pencarian arti subyektif dari peristiwa sejarah. Masa lampau dipelajari bukan demi pengetahuan mengenai masa lampau tetapi demi lambang yang bisa digunakan untuk masa kini.
2.      Sejarah Pewarisan
Ciri-ciri utama penulisan sejarah yang dapat dinamakan sejarah pewarisan adalah kisah kepahlawanan, dan perjuangan kemerdekaan.
3.      Sejarah akademik
Jenis penulisan sejarah semacam ini dapat dinamakan tidak bersifat ideologi atau tidak bersifat filosofis. Segi positifnya, penulosan sejarah ini mencoba untuk memberi gambaran yang jelas mengenai masa silam yang ditopang dengan tradisi akademik.
Ada beberapa tokoh yang berpendapat mengenai tujuan sejarah antara lain sebagai berikut:
a.       Menurut Prof. Sardjito mengatakan bahwa semua orang mengetahui betapa besarnya peranan dan pengaruh serta peranan pengetahuan sejarah terhadap pertumbuhan jiwa, lebih-lebih pentingnya pengaruh sejarah, pada saat sedang mulai membangun jiwa pemuda-pemudi, supaya perkembangannya jangan salah arah, hingga menjadi pemuda-pemudi yang tidak tahu keagungan leluhur dan tidak dapat menghargai adat-istiadat yang memberi corak kepada kebudayan bangsa.
b.      Sultan Hamengku buwono IX mngatakan bahwa sejarah Indonesia bagi bangsa Indonesia, diharapkan tidak hanya bagi generasi yang sekarang akan tetapi justru bagi generasi yang akan datang.
c.       Menurut Prof. Prijono menyatakan bahwa sejarah merupakan salah satu alat yang terpenting untuk menumbuhkan atau mempertebal nasionalisme dan patriotisme, cinta kepada bangsa dan tanah air.
d.      Menurut Nugroho Notosusanto bahwa guna sejarah ada tiga macam:
1)      Memberi pendidikan
2)      Memberi Ilham inspirasi
3)      Memberi kesenangan atau pleasure  

E.     HUBUNGAN SEJARAH DENGAN ILMU POLITIK
Salah satu segi kehidupan manusia yang sangat menarik, ialah kehidupan politiknya. Aristoteles menyebut manusia zoon politiccon (binatang berpolitik). Istilah itu dalam Bahasa Inggris diartikan man is social and political being. Oleh orang-orang Barat yang cara berpikirnya bertolak pangkal pada ucapan Aristoteles itu mengartikannya: manusia mempunyai sifat mencari sesamanya. Tidak dapat disangkal bahwa pelbagai peristiwa politik memiliki arti sangat besar dalam sejarah kehidupan manusia, karena jangkauan pengaruhnya sedemikian luas.[8]
Pada mulanya politik adalah tulang punggung sejarah (politics is the backbone of history). Oleh karena buku-buku teks sejarah berisi rentetan kejadian-kejadian mengenai raja, Negara, bangsa, pemerintahan, parlemen, pemberontakan, kelompok-kelompok kepentingan (militer, partai, ulama, bangsawan, petani), dan interaksi antara kekuatan-kekuatan itu dalam memperebutkan kekuasaan, ada ungkapan “History is past politics, politics is present history” (ucapan Sir John Robert Seeley, sejarawan Inggris, 1834-1895) yang dengan pasti menunjukkan keterkaitan antara politik dan sejarah. Dominasi politik dalam penulisan sejarah itu menjadi kewajaran untuk waktu yang lama.[9]
Disini ditegaskan bahwa sejarah adalah identik dengan politik, sejauh keduanya menunjukkan proses yang mencakup keterlibatan para aktor dalam interaksinya serat peranannya dalam usaha memperoleh “apa, kapan, dan bagaimana”. Untuk memahami pernyataan itu sudah barang tentu kita beranggapan bahwa sejarah disini terutama menyoroti dimensi politik seperti yang lazim kita hadapi dimasa lalu sewaktu sejarah politik masih dominan dalam penulisan sejarah.[10]
Namun, sejarawan Perancis meragukan keterkaitan sejarah dan politik semacam itu. Kalau sejarah hanyalah sejarah politik, sejarah akan menjadi sempit. Sementara itu kemajuan-kemajuan yang dicapai ilmu sosial juga mempengaruhi ilmu sejarah ada rapproachement (pendekatan kembali) antara ilmu sejarah dengan ilmu sosial. Penggunaan ilmu-ilmu sosial dalam penelitian sejarah sebenarnya sudah dianjurkan oleh The New History di Amerika tahun 1960-an. Sejarah yang semula bersifat diakronik ditambah dimensi sinkronik. Sejarah politik tidak terkecuali, pendekatan-pendekatan ilmu sosial juga menjadi penting ada lagi perkembangan baru.
Sejarah yang semula hanya mempelajari masa lalu yang jauh, mempelajari juga masalah-masalah kontemporer. Akibatnya penelitian sejarah berhimpitan dengan obyek ilmu-ilmu sosial. Definisi sejarah sebagai a science of change dari waktu ke waktu hendaknya dipertahankan. Dengan cara itu, sejarah politik kontemporer Indonesia dapat saja menulis masalah yang sangat kontemporer, misalnya perubahan politik yang terjadi baru-baru ini. Jadi duplikasi dapat dihindari dengan menekankan kembali aspek waktu, perubahan, perkembangan dan kesinambunagn. Dengan cara ini, sejarah sebagai kecerdasan bersama akan lebih bermanfaat dalam proses pencerdasan bangsa..
 
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik. Ilmu Sejarah dan historiografi. Jakarta: Gramedia. 1985.
Ali, R. Moh. Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia. Bandung: Bintang. 1961.
Kartodirjo, Sartono. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 1992.
Kasdi , Aminuddin. Memahami Sejarah. Surabaya: UNESA University Press. 2011.
Kuntowijoyo. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya. 2003.
Referensi Web:
http://id.m.wikipedia.orgwiki/politik,html.



[1] Kuntowijoyo. Pengantar Ilmu Sejarah. (Yogyakarta:Yayasan Bentang Budaya, 1995), 60
[2] Taufik Abdullah, Ilmu Sejarah dan Historiografi, (Jakarta: Gramedia, 1985), 137
[3] R. Moh. Ali, Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia, (Bandung: Bintang, 1961), 11-12
[4] http://id.m.wikipedia.orgwiki/politik,html.
[5] Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992), 50
[6] Aminuddin Kasdi, Memahami Sejarah, (Surabaya: UNESA University Press, 2011), 64
[7] Ibid,. Sartono Kartodirjo, 120
[8] Ibid,. Aminuddin Kasdi, 92
[9] Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah,(Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2003), 174
[10] Ibid,. Sartono Kartodirjo, 149

Tidak ada komentar:

Posting Komentar