MACAM-MACAM TEORI YANG DIGUNAKAN DALAM
PENELITIAN
Dalam sebuah penelitian tentunya dibutuhkan teori-teori yang bisa
mendukung dalam penyusunan penelitian. Namun tidak semua teori bisa digunakan
dalam sebuah penelitian. Seorang peneliti harus memilih teori yang sesuai atau
yang cocok dengan apa yang diteliti sehingga akan mempermudah mereka dalam
meneliti sebuah permasalahan-permasalahan yang ada. Berikut ini saya akan
memaparkan teori-teori yang biasanya digunakan dalam penelitian:
1.
Teori Kepemimpinanan
Salah satu dari
Teori kepemimpinan yaitu Great Man Theory. Teori ini mengatakan bahwa
pemimpin besar (great leader) dilahirkan
bukan dibuat (leader are born, not made) dan dilandasi oleh keyakinan.
Pemimpin merupakan orang yang memiliki sifat-sifat luar biasa dan dilahirkan
dengan kualitas istimewa yang dibawa sejak lahir dan ditakdirkan menjadi
seorang pemimpin diberbagai macam organisasi.
Kartini Kartono membagi definisi teori ini menjadi 2 poin, pertama
seorang pemimpin itu tidak dibuat, akan tetapi terlahir menjadi pemimpin oleh
bakat-bakat alami yang luar biasa sejak lahirnya, kedua pemimpin
ditakdirkan lahir menjadi seorang pemimpin dalam situasi kondisi yang
bagaimanapun juga.
Teori kepemimpinan ini dikembangkan dari
penelitian awal yang mencangkup studi pemimpin besar. Great Man Theory
didasarkan pada gagasan bahwa setiap kali ada kebutuhan kepemimpinan, maka
munculah seorang manusia yang luar biasa dan memecahkan masalah. Ketika Great
Man Theory diusulkan, sebagian besar pemimpin adalah orang laki-laki dan
hal itu tidak bisa ditawar. Bahkan para peneliti adalah orang laki-laki juga,
yang menjadi alasan untuk nama teori tersebut “great man”. Konsep
kepemimpinan pada teori ini yang disebut orang besar adalah atibut tertentu
yang melekat pada diri pemimpin atau sifat personal, yang membedakan antara
pemimpin dan pengikutnya.
2.
Teori Konflik
Teori Konflik adalah suatu perspektif yang
memandang masyarakat sebagai sistem sosial yang terdiri atas
kepentingan-kepentingan yang berbeda-beda dimana ada suatu usaha untuk
menaklukkan komponen yang lain guna memenuhi kepentingan lainnya atau memperoleh
kepentingan sebesar-besarnya. Salah satu kontribusi utama teori konflik adalah
meletakkan landasan untuk teori-teori yang lebih memanfaatkan pemikiran Marx.
Diantara dari tokoh teori konflik yaitu Ralf
Dahrendorf. Menurutnya masyarakat memiliki dua wajah, yakni konflik dan
konsesus yang dikenal dengan teori konflik dialektika. Dengan demikian diusulkan
agar teori tersebut dibagi menjadi dua bagian yakni teori konflik dan teori
konsesus. Teori konflik harus menguji konflik kepentingan dan penggunaan
kekerasan yang mengikat masyarakat sedangkan teori konsesus harus menguji nilai
integrasi dalam masyarakat. Bagi Ralf, masyarakat tidak akan ada tanpa konsesus
dan konflik. Masyarakat disatukan oleh ketidakbebasan yang dipaksakan. Dengan
demikian, posisi tertentu di dalam masyarakat mendelegasikan kekuasaan dan
otoritas terhadap posisi yang lain.
3.
Teori
Strukturalisme
Teori Strukturalisme
termasuk teori Modern dan juga Post Modern, karena dalam perkembangannya, teori
ini terus dikembangkan dan menjadi teori Post Strukturalisme. Walaupun teori
ini jelas memusatkan perhatiannya pada struktur, tetapi tidak sepenuhnya sama
dengan struktur yang menjadi sasaran perhatian teoritisi Fungsionalisme
Struktural. Perbedaanya pada tekanannya, yaitu Fungsionalisme Struktural
memusatkan perhatiannya pada struktur sosial, sedangkan Teori Strukturalisme
memusatkan pada struktur linguistik.
Ciri khas strukturalisme
ialah pemusatan pada deskripsi keadaan aktual obyek melalui penyelidikan,
penyingkapan sifat-sifat instrinsiknya yang tidak terikat oleh waktu dan
penetapan hubungan antara fakta atau unsur-unsur sistem tersebut melalui
pendidikan. Strukturalisme
termasuk dalam teori kebudayaan yang idealistik karena strukturalisme mengkaji
pikiran-pikiran yang terjadi dalam diri manusia. Strukturalisme menganalisa
proses berfikir manusia dari mulai konsep hingga munculnya simbol-simbol atau
tanda-tanda (termasuk didalmnya upacara-upacara, tanda-tanda kemiliteran
dan sebagainya) sehingga membentuk sistem bahasa. Bahasa yang diungkapkan dalam
percakapan sehari-hari juga mengenai proses kehidupan yang ada dalam kehidupan
manusia. Semua relaitas sosial dapat dianalisa berdasarkan analisa struktural
yang tidak terlepas dari kebahasaan.
4. Teori
Fungsionalisme
Menurut Emile Durkheim Teori fungsionalisme adalah suatu bangunan teori yang paling besar
pengaruhnya dalam ilmu sosial di abad sekarang. Tokoh-tokoh yang pertama kali
mencetuskan fungsional yaitu August Comte, Emile Durkheim dan Herbet Spencer.
Teori fungsionalisme yang menekankan kepada keteraturan bahwa masyarakat
merupakan suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian atau
elemen-elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan.
Perubahan yang terjadi pada suatu bagian akan membawa perubahan pula terhadap
bagian yang lain, dengan kata lain masyarakat senantiasa berada dalam keadaan
berubah secara berangsur-angsur dengan tetap memelihara keseimbangan. Setiap
peristiwa dan setiap struktur yang ada, fungsional bagi sistem sosial itu.
Demikian pula semua institusi yang ada diperlukan oleh sistem sosial itu,
bahkan kemiskinan serta kepincangan sosial sekalipun. Masyarakat dilihat dari
kondisi dinamika dalam keseimbangan. Asumsi dasarnya adalah bahwa setiap
struktur dalam sistem sosial, fungsional terhadap yang lain. Sebaliknya jika
tidak fungsional maka struktur itu tidak akan ada atau akan hilang dengan sendirinya.
5. Teori
Tindakan
Teori tindakan menekankan pentingnya kebutuhan untuk memusatkan perhatian
pada kehidupan sosial tingkat mikro yaitu cara individu berinteraksi satu sama
lain dalam kondisi hubungan social secara individual, bukan tingkat makro yakni
cara seluruh struktur masyarakat mempengaruhi perilaku individu. Bagi teori
tindakan, masyarakat adalah hasil akhir dari interaksi manusia, bukan penyebab.
Hanya dengan mengkaji bagaimana manusia dapat berinteraksi dapat dipahami dari keteraturan
sosial yang diciptakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar